PEDOMAN UMUM PENGAMBILAN CONTOH DAUN
DI LAPANGAN
1. Latar Belakang
Produksi kelapa sawit yang maksimal dapat
tercapai apabila terpenuhi kebutuhan unsur hara tanaman itu sendiri. Analisa
daun merupakan salah satu alat untuk mengetahui kebutuhan tanaman terhadap
status unsur hara. Analisa daun yang akurat harus ditunjang dengan system
pengambilan daun (LSU) yang tepat di lapangan. Ketelitian, kebenaran dan
kejujuran mutlak diperlukan dalam pengambilan contoh daun.
Ketepatan dalam melakukan LSU akan
memberikan rekomendasi pemupukan yang baik sesuai kebutuhan tanaman. Oleh
karena itu pengetahuan tenaga pengamat dan system pengawasan yang benar menjadi
mutlak harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pemilihan Unit Areal Untuk LSU
§ LSU adalah unit areal dimana
contoh daun diambil untuk dianalisa yang nantinya akan diaplikasi dosis
pemupukannya sesuai dengan rekomendasi pada LSU yang bersangkutan.
§ Satu LSU harus mempunyai kondisi
yang relative seragam dalam (a) umur tanaman (tahun tanam), (b) tipe tanah, (c)
tindakan agronomis, (d) drainase, (e) topografi dan (f) bahan tanaman
§ Apabila dalam 1 LSU terdapat
perbedaan kondisi lahan yang jelas, misalnya areal yang curam, rendahan dan
keadaan yang ekstrim lainnya maka kondisi tersebut digambarkan dalam peta LSU.
3. Penentuan Jumlah Pohon
§ Pelaksanaan pengambilan contoh
daun dilakukan dengan system 10 x 10 artinya barisan yang dipilih sebagai
barisan LSU adalah setiap kelang 10 baris, sedangkan sebagai pohon contoh
diambil setiap kelang 10 pohon. Dengan demikian dalam 1 blok dalam luasan 30-40
ha, akan didapatkan antara 33-34 pohon, atau 1-1,5 % dari total pohon dalam 1
blok.
4. Pemilihan Pohon Contoh
(a) Langkah pertama adalah
menentukan titik awal sebagai titik di mulainya pelaksanaan LSU. Titik awal di
mulai dari arah Barat – Utara (B – U).
(b) Langkah kedua adalah menentukan
pohon yang akan dijadikan pohon pengamatan. Catatan dibawah ini didasarkan pada
asumsi luasan tiap LSU 30 ha (blok normal) dan tanaman tidak ditanam dalam
system contour, sistem pengambilan 10 x 10 dan titik awal pengambilan B-U.
Pengambil LSU menuju baris ke –10, yang merupakan baris pertama dari LSU.
(c) Pohon pertama sampel yang
dipakai sebagai permulaan perhitungan pohon contoh adalah pohon yang terletak
pada baris ke–10 masuk menuju pohon ke
–5 dari pinggir blok yang dipilih.
(d) Pohon sampel nomor 2 adalah
kelang 10 pohon dari pohon pertama sampel atau (pohon ke-15), pohon sampel
nomor 3 adalah kelang 10 pohon dari pohon sampel kedua atau pohon ke 25.
(e) Pohon berikutnya : Dihitung
setiap kelipatan 10 pohon pada baris yang sama. Apabila telah menembus jalan
(selesai) maka bergeser 10 baris kearah selatan dan tetapkan lagi pohon contoh
mulai pada pohon ke-5, demikian
seterusnya pengambilan pohon sampel berikutnya kelang 10 pohon hingga selesai
mengerjakan 1 blok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar lampiran 1.
(f) Apabila pohon contoh terpilih
tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh LSU maka dilakukan pemindahan pohon
didepannya. Pohon contoh selanjutnya dihitung 10 pohon dari pohon yang tidak
memenuhi syarat tadi. Ciri-ciri pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon
contoh adalah :
(a) Pohon
yang terletak dipinggir jalan, rel kereta api, sungai parit atau dengan
perumahan.
(b)
Pohon
sisipan.
(c)
Pohon
kerdil.
(d)
Pohon
steril.
(e)
Pohon
terserang hama dan penyakit.
(f)
Pohon
yang tumbuh miring ditanah normal (datar).
(g)
Pohon
yang pelepah ke 17 tidak ada (rusak).
(h)
Pohon
abnormal.
(g) Pohon contoh harus diberi tanda yang jelas dan nomor urut
untuk masing-masing LSU karena pohon yang sama akan dipakai untuk tahun
berikutnya. Tanda pohon yang biasa digunakan adalah :
(a) Tanda panah ke atas (
) sebagai tanda masuk.
b) Tanda panah ke
samping ( ) sebagai tanda perpindahan
baris.
(c) Nomor pohon contoh ditulis angka ( 21 ).
(h) Apabila pada tahun berikutnya
pohon yang dipilih menjadi tidak memenuhi syarat karena mati, atau terserang
penyakit maka contoh daun diambil dari pohon didepannya yang memenuhi syarat.
(masih dalam barisan LSU)
5. Memilih Pelepah yang Akan diambil Contoh Daunnya
§ Hasil penelitian membuktikan
bahwa pelepah ke – 17 dapat mewakili penentuan kandungan unsur hara tanaman
(lihat gambar.2)
§ Pengambilan daun umumnya dimulai
pada saat tanaman berumur 3 tahun setelah tanam.
6. Prosedur Pengambilan Contoh daun
§ Menyiapkan peralatan – peralatan
LSU seperti :
P Egrek,
P Parang,
P Kuas,
P Galah,
P Map LSU,
P Plastik ukuran 5 kg,
P Meteran Kain,
P Cat minyak warna biru,
P Formulir B
P Alat tulis
§ Tenaga pengambilan contoh daun :
P Pengambilan daun dilakukan
antara pukul 07.00 – 11.00 WIB. Apabila tidak memungkinkan maka pengambilan
dapat diperpanjang hingga pukul 12.00 WIB
P Pengambilan contoh daun tidak
boleh dilaksanakan pada hari hujan > 20 mm
P Apabila CH < 20 mm maka
pengambilan contoh daun dapat dilakukan setelah 1 jam hujan berhenti dengan
syarat setelah titik hujan tidak terlihat dipermukaan daun yang diambil
P Penentuan pelepah ke-17 harus
dilakukan secara benar dan tepat
P Pada sampel nomor pohon ganjil
(pohon sampel ke-1, 3, 5 dst) dilakukan pengukuran terhadap parameter :
*
Tinggi
pohon : Diukur dari duri daun paling bawah pada pelepah ke-17 sampai permukaan
tanah. Pengukuran dilakukan pada saat pelepah belum diturunkan. (satuan
menggunakan meter)
*
Panjang
Pelepah : Diukur dari perbatasan antara duri dan anak daun sampai ujung belahan
pelepah (satuan menggunakan meter)
*
Lebar
petiole : Diukur secara melintang mulai duri daun sisi kiri ke duri sisi kanan
pada daerah perbatasan antara duri dengan anak daun. (satuan dalam centimeter)
*
Tebal
petiole : Pangkal pelepah dibelah secara membujur lalu diukur ketebalan pelepah
pada posisi duri daun paling bawah. (satuan dalam centimeter)
P Pada sampel nomor pohon genap
(sampel pohon ke- 2,4,6) hanya diukur lebar dan tebal petiole.
§ Pelepah yang akan diambil contoh
daunnya dipotong. Empat helai daun dipotong dari bagian tengah pelepah yaitu ,
2 helai daun dari sisi kiri dan 2 helai daun dari sisi kanan. Kedua helai daun
dari setiap sisi tersebut berasal dari satu helai yang tumbuh keatas dan 1
helai yang tumbuh kebawah. Pengambilan daun dipastikan tidak salah. Helai daun
yang telah diambil di potong 3 bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Bagian
tengah ( + 15 cm) dilepaskan dari
lidinya dan daun di masukkan dalam kantong plastik.
§ Setelah pengambilan pada pohon
pertama selesai, dilanjutkan ke pohon
contoh ke-2 dengan prosedur yang sama.
§ Pengambil contoh daun dan
pengawas lapangan harus mencatat dalam formulir B tentang gejala-gejala
defisiensi hara pada areal tersebut. Jika memungkinkan kondisi umum areal
tersebut dijelaskan juga. Contoh formulir B disajikan pada lampiran 3.
§ Setelah selesai pengambilan
contoh daun dalam plastik diberi label dan dikirim ke kantor besar. Catatan
yang harus dibuat pada label diatas adalah sebagai berikut:
Nama kebun :
Afdeling :
Rayon :
Blok :
Tahun Tanam :
Pelepah Ke :
Tanggal pengambilan :
Nama pengambil :
§ Contoh daun dari lapangan
dibersihkan dari debu dengan menggunakan kain/kapas yang bersih selanjutnya
dikeringkan dalam oven dengan suhu 70-80 derajat celcius selama 12 jam. Untuk
mempercepat pengeringan maka dilakukan pembalikan pada saat pengeringan. Contoh
daun yang sudah kering dicirikan dengan mudahnya dilakukan penghancuran melalui
remasan tangan.
§ Hasil contoh daun yang sudah
kering segera mungkin dikirim ke laboratorium (bagian Research) untuk dilakukan
analisa.
Sumber : Winama, sugiono, dkk. 2005. Pedoman Pengambilan Contoh Daun dan Tanah, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar