BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG DILAKSANAKAN PRAKERIN
Praktek Kerja Industri merupakan bagian dari proses pendidikan yang
berhubungan erat dengan kompetensi siswa secara utuh, pengembangan dan
peningkatan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kegiatan PRAKERIN ini
menjadi integral dari kurikulum Sekolah,
dan menjadi syarat bagi setiap siswa untuk dapat mengikuti ujian akhir.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Praktek Kerja
Industri bertujuan agar siswa memiliki jiwa semangat dalam berwirausaha serta
mempunyai kompetensi mengelola suatu usaha di bidang pertanian secara
professional dengan memperhatikan situasi dan potensi wilayah.
2. Tujuan khusus
a.
Memantapkan dan mengembangkan wawasan dan kompetensi siswa dalam bidang
pertanian yang dalam hal ini yaitu berkebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
berorientasi Agribisnis dengan di landasi sikap mental, disiplin,
kerjasama dan tanggung jawab yang tinggi.
b.
Melatih siswa untuk melakukan kegiatan di unit usaha tani di dunia industri
yang berhasil dalam pengelolaannya.
c.
Untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pertanian yang telah penyusun peroleh
sejak semester I sampai III
d. Untuk
menumbuhkan semangat kerja dan berkarya dalam diri siswa-siswi PRAKERIN.
e. Untuk
mengembangkan jiwa kepemimpinan serta kewirausahaan dan kemandirian yang kuat.
C. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang di hadapi penyusun baik di lapangan
maupun secara teori, yaitu: (1) Diperlukan pengolahan yang berat dalam mengolah
areal tanah sehingga mengakibatkan biaya yang tinggi, (2) Tanah berporositas
tinggi sehingga pada saat pemupukan tanah tidak mampu memikat unsur hara yang
ditambahkan dan tidak mampu menyerap air dengan baik, (3) Sedikitnnya
ketersediaan unsur hara di dalam tanah sehingga membutuhkan unsur hara yang banyak
dan membutuhkan biaya yang tinggi, (4) Rotasi kerja yang berubah-ubah sehingga
mengakibatkan pekerjaan tidak tuntas (5) kondisi cuaca setempat yang tidak bisa
diduga sehingga pengambilan KCD (Kesatuan Contoh Daun) tertunda, (6) kurangnya
perhatian terhadap peralatan yang mendukung keselamatan kerja, (7) Perlu
penelitian lebih dalam tentang pengendalian hama secara terpadu khususnya hama kumbang (Oryctes rhinoceros), (8) Dibutuhkan penelitian lebih dalam untuk
mengatasi penyakit tajuk (Crown deasease).
D. WAKTU DAN TEMPAT
Penyusun melaksanakan Praktek Kerja Industri yang bertempat di
Divisi Research and Development PT. Panca Surya Garden First Resources, Kampar
– RIAU. Kegiatan ini di mulai pada tanggal 20 Desember 2011 s/d 03 Mei 2012 dengan bidang keahlian tanaman
Agribisnis Tanaman Perkebunan.
BAB II
FIRST RESOURCES GROUP
A. SEJARAH SINGKAT PT.PANCA SURYA
GARDEN
Pada
bulan September 2008, Perusahaan membeli 95 % saham di PT. Panca Surya
Garden (PT. PSG). PT. Aset PSG terdiri
terutama dari 366 hektar tanah yang terletak di provinsi Riau Sumatra
Indonesia. Pada bulan Agustus 2008, perusahaan mengakuisisi 95,0 % saham PT.
Borneo Ketapang Permai dan anak perusahaan (PT BKP kelompok). PT BKP kelompok
telah mengeluarkan izin untuk sebuah bank tanah keseluruhan sekitar 91,940
hektar, dimana 573 hektar telah ditanami dengan kelapa sawit (Tanaman Belum
Menghasilkan) pada tanggal 31 Desember 2008.
B. VISI, MISI DAN PANCASILA FIRST
RESOURCES GROUP
VISI PERUSAHAAN
Menjadi perusahaan perkebunan dan industri pengolahan
kelapa sawit terpadu berwawasan kelestarian lingkungan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan nilai
perusahaan dalam kegiatan usahanya.
MISI PERUSAHAAN
1. Menciptakan
produk yang bermutu dan ramah lingkungan.
2. Menerapkan
Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan
melalui Tata
Kelola Perusahaan yang baik.
3. Membentuk
Sumber Daya Manusia yang memiliki
kompetensi.
4. Menempatkan
pihak terkait sebagai Mitra Kerja yang saling
memperkuat dan menguntungkan
PANCASILA
FIRST RESOURCES
1.
LOYALITAS
Tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan perusahaan; selalu
membela kepentingan perusahaan.
2.
INTEGRITAS
Menjunjung tinggi kejujuran dalam bekerja; tidak menyembunyikan
masalah; tidak menerima suap;focus kepada etika kerja.
3.
KERJA
KERAS
Tidak memilih-milih/menolak pekerjaan yang diberikan;selalu
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu;focus kepada hasil.
4.
PANTANG
MENYERAH
Berfikir kreatif dalam mencari solusi; tidak ada yang tidak
mungkin; focus kepada solusi/proses.
5.
KEPEDULIAN
(CARE)
Perusahaan melalui perangkatnya selalu memperhatikan kesejahteraan
karyawannya baik melalui komunikasi terbuka, bimbingan, pengembangan karir
maupun kompensasi yang kompetitif sesuai dengan kontribusi masing-masing.
C. TUJUAN PT.PANCA SURYA GARDEN
Memberikan suport pada
kebun di bawah naungan First Resources.
- Meningkatkan CPO (crude palm oil) per hektar.
- Menyelesaikan permasalahan hama penyakit dan nutrisi pada tanaman.
- Menghasilkan kecambah yang akan di suplay untuk kebun di bawah naungan First Resources.
D.. STRUKTUR PT.PANCA SURYA GARDEN
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di
Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari
sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan
seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan
secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian
didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama
dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih
dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit
besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
B. Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Upaya
klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad ke-16)
dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini
disebabkan karena pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu-ilmu yang
berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang
tersedia pun masih sederhana.
Taksonomi
kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut :
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Subkelas : Angiospermae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Ordo : Monocotyledonae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1.
E. guineensis Jacg
2. E. oleifera ( H.B.K) Cortes
3. E. odora
C.
Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa
varietas kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan
berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit
buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas
kelapa sawit dibedakan:
1.
Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup
tebal yaitu antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar
cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35-50% terhadap buah dan daging biji
lebih besar dengan kandungan minyak yang sedikit.
Gambar.1
Buah kelapa sawit varietas Dura.
2. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir
tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura dan daging
biji sangat tipis.
Gambar 2. Buah kelapa sawit varietas Pisifera
3. Tenera
Varietas ini
merupakan hasil persilangan antara varietas Dura dengan Pisifera. Oleh karena
itu sifatnya adalah gabungan antara keduanya, yaitu cangkang sudah menipis dan
daging buahnya tebal. Varietas inilah yang banyak ditanam di
perkebunan-perkebunan pada saat ini.
Gambar 3. Buah kelapa sawit varietas Tenera.
Kriteria yang
membedakan varietas Dura, Pisifera, dan Tenera dapat dilihat pada tabel 1.
dibawah ini:
Tabel 1.
Kriteria yang membedakan Dura, Pisifera, dan Tenera.
Varietas
|
Varietas Cangkang
(mm)
|
Pericarp
(mm)
|
Cangkang
(mm)
|
Mesocarp
(%/buah)
|
Inti
(%/buah)
|
%/
buah
|
Dura
|
2
|
52
|
625
|
50/20
|
65/4
|
20
|
Psipera
|
5
|
10
|
92
|
97/3
|
8
|
|
Tenera
|
1
|
2,53
|
103
|
20/60
|
90/3
|
15
|
Berdasarkan
warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yang
terkenal. Varietas-varietas tersebut adalah ::
a. Nigrescens yaitu buah berwarna violet sampai
hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) sesudah matang.
b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda,
menjadi merah kuning sesudah matang.
c. Albescens yaitu buah muda warna kuning pucat
tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.
Bentuk
yang dipakai pada pertanaman komersial adalah nigrescens, sedangkan bentuk
lainnya dipakai dalam program penelitian. Baik dalam produksi maupun dalam
kualitas, varietas nigrescens adalah yang terbaik .
E. Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kelapa
sawit merupakan tanaman yang nyata memperlihatkan deferensiasi dalam tiga
bagian pokok yaitu akar, batang dan daun, sedangkan bagian lain dipandang
sebagai jelmaan salah satu atau dua bagian pokok yang telah mengalami
metamorfosa (berganti bentuk, sifat dan mungkin juga fungsinya bagi tanaman)
dianggap sebagai penjelmaan dari batang dan daun seperti kuncup, bunga dan
duri.
1.
Akar ( Radix )
Akar
pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang
panjang nya mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula akan
muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan unsure hara dari media
tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang ada pada endosperm.
Cadangan makanan telah habis pada endosperm ditandai dengan lepasnya biji. Dari
akar primer ini tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal yang kemudian
tumbuh akar tertier dan kwarter yang berada dekat pada permukaan tanah, akar
inilah yang paling aktif mengambil unsure hara dan air dari tanah, akar – akar
tersebut berada pada 2 – 2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan dan
merupakan daerah sebaran pupuk, serta terdapat pada kedalaman 0 – 20 cm.
2.
Batang (
Caulis)
Batang
kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi ) dibungkus oleh pelepah daun
(Frond base). Berbentuk silendris berdiameter 45 - 60 cm pada tanaman dewasa,
bagian bawah yang membesar disebut bongkol batang (bowl). Karena sifatnya yang
phototropi dan heliotrope maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih
cepat tetapi diameter batang akan lebih kecil.
Kecepatan
pertumbuhan batang dipengaruhi oleh pupuk yang diberikan , umur, iklim,
kerapatan tanam dll. Tinggi atau rendahnya tanaman tidak mencerminkan produksi
karena tidak ada diperoleh korelasinnya. Biasanya kecepatan tumbuh 35 – 75 cm /
tahun sampai tanaman bh yang belierumur 3 tahun batang belum terlihat karena
masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Pada umur 25 tahun tinggi batang
mencapai 13 -18 m.
Gambar 4. Batang kelapa sawit
3.
Daun ( Folium )
Daun
(Folium) pertama yang keluar pada staid bibit adalah berbentuk lanceolate,
kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit berumur 5
bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Pada umur
12 bulan akan ada 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinate.
Daun
kelapa sawit memiliki rumus 1/8 atau 3/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang
berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar
kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar kita dapat mengetahui
letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran
pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi
pelepah daun bergantung umur tanaman. Produksi pelepah daun selama setahun
dapat mencapai 20 – 30 kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi 18-
25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter
pada tanaman dewasa. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada tipe
varitas dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat
mencapai 125-200. Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat
satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dapat dijumpai
40- 50 pelepah. Luas permukaan daun sering dipakai untuk tujuan pengamatan
pertumbuhan dengan rumus.
Luas
permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa ynag berumur 10
tahun atau lebih. Untuk mencapai produksi yang baik maka luas permukaan daun
yang optimal adalah 11 m2 bergantung kepada persilangannya. Tanaman kelapa
sawit daunnya terbentuk didekat titik tumbuh yang biasanya akan tumbuh 2 lembar
daun setiap bulan. Dimana pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan
membentuk sudut 1350.
4.
Bunga ( Flos )
Tanaman
kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan . tetapi baru
ekonomis untuk dipanan pada umur 2,5 tahun.Dari setiap ketiak daun keluar satu
tandan bunga jantan atau betina. Pada tanaman muda sering dijumpai bunga
abnormal atau bunga banci ( hermaprodit ) yaitu bunga yang memiliki dua alat
kelamin. Bunga andromorfik yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi
bada sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit
kecil. Disamping itu dijumpai buah parthenocarpi yaitu stigma yang tidak
sempurna penyerbukannya sehigga buah yang terbentuk layu dan gugur. Persentase
bunga abnormal sangat kecil yaitu kurang dari 1 bunga setiap pokok dan tidak
setiap pokok.
Sex
Diferensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum antesis dan setelah antesis
membutuhkan waktu 5 – 6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga
jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak daun yaitu 7
– 8 bulan sebelum matang atau 1 – 2 bulan sebelum anthesis.
Tandan
bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15 – 30 hari sebelum
anthesis. Satu tandan bunga betina memilioki 100 – 200 spikelet dan setiap
spikelet 15 – 20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan
tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2000 buah tergantung pada besarnya tandan
dan setiap pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun.
Tandan
bunga jantan juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis
seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-200 spikelet yang
panjangnya 10 20 cm dan berdiameter 1 – 1,5 cm. Tiap spikelet berisi 500-1500
bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya, tandan bunga
yang sedang anthesis berbau tajam ( Khas ). Tiap tandan bunga jantan akan
menghasilakan tepung sari sebanyak 40-60 gram. Pada tanaman muda jumlah tandan
bunga jantan lebuh sedikit dibandingkan bunga betina dan perbandingan ini akan
berubah sesuai dengan penambahan umur tanaman.
Perkembangan
tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang hasil pengamatan di Marihat
menunjukkan hasil sebagai berikut:
a.
Daging Buah ( Mesocarpium )
Sampai
tiga bulan setelah Antesis warnanya masih putih-kekuningan, menunjukkan bahwa
masih terdiri dari air, serat, dan klorofil dan minyak belum terbentuk
b.
Cangkang atau Tempurung
Sebualan
sesudah penyerbukan cangkang telah terbentuk meski sangat tipis dan lembut.
Pengerasan berlangsung terus dan pada umur 3 bulan sudah mengeras, warna
berubah dari putih menjadi coklat muda.
c.
Inti ( Endocarpium atau Nukleus seminis)
Pada
imur dua bulan terjadi perubahan dari cair menjadi agar-agar dan pada umur tiga
bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras.
d.
Lembaga ( Embrio )
Sampai
3 bulan belum kelihatan dengan mata. Selanjutnya akan tampak seperti titik
putih sepanjang 1,5 mm yang dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan
setelah mencapai 3mm dan terbentuk bagian berwarna kuning dan putih. Pada umur
3,5 bulan panjangnya mencapai 3,5 mm.
5.
Buah ( Fructus
)
Berat satu buah
yang sudah matang tergantung juga pada tipe induknya yaitu antara 13 – 30 gram
dengan panjang buah 5 cm.
Kematangan
buah kelapa sawit dibedakan menjadi, matang morfologis yaitu buah telah
sempurna bentuknya serta kandungan minyak sudah optimal, dan matang Fisiologis
adalah kematangan buah yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap tumbuh dan
berkembang, biasanya setelah 1 bulan sesudah matang morfologis.
Fraksi
tandan yang baik adalah 2 dan 3, tetapi tentu tidak akan diperoleh 100%. Panen
dikatakan baik jika dapat mengumpulkan fraksi 2 dan 3 sebanyak 65 %, fraksi 1
Max 20 % dan fraksi 4 Max 15 %.
E. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan
dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar
maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau
varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain
iklim dan tanah dan teknik budidaya yang dipakai.
1. Iklim
Faktor-faktor
iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran
dan angin. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama lain,
tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi.
2. Curah Hujan
Curah
hujan merupakan komponen iklim terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar
lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan air
laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750 – 3.000 mm/tahun, tidak
memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti
kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya 1.300 –
1.500 mm.
3. Temperatur
Temperatur
yang optimal 24 – 28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C. Kelembaban 80% dan
penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari. Pada beberapa daerah seperti Riau, Jambi,
Sumatera Selatan sering terjadi pada bulan tertentu penyinaran matahari ini
kurang dari 5 jam. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya jalan (becek), sehingga
menghambat kegiatan-kegiatan pemeliharaan tanaman.
Kelembaban
rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari
permukaan laut yang optimal adalah 0 – 400 meter. Pada ketinggian yang lebih
pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah.
4. Intensitas penyinaran
Sinar
matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu
syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa
sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari
sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam
penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah
kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat
diperoleh produktivitas yang memadai.
Disamping
lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya. Di
daerah-daerah yang intensitas penyinarannya rendah, misalnya karena pohon-pohon
kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian dari
karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktivitas kebun menurun.
5. Angin
Kecepatan
angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang
terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring.
6. Tanah
Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol dan Alluvial. Sifat fisik
tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
a.
Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan
media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara
tanaman akan lebih baik.
b.
Tekstur ringan, dikendaki memiliki pasir 20 -
60%, debu 10 - 40%, liat 20 - 50%.
c.
Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur
sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
d.
pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara
yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 - 6 namun
yang terbaik adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan
dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini
biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
·
Tanah Andosol sangat baik karena sifat kimia
dan fisiknya baik tetapi tidak begitu luas.
·
Tanah Organosol atau gambut mengandung lapisan
yang terdiri dari bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut dan
memiliki pH rendah.
7. Tinggi Tempat dan Topografi
Kelapa
sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 - 400 m dari
permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada ketinggian 0 - 200 m. Topografi
yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit yaitu berombak-bergelombang, selain itu
adanya topografi yang sangat sesuai pada tanaman ini adalah datar-berombak.
G. Pembibitan
1.
Sistem Pembibitan.
Sistem
pembibitan yang digunakan adalah sistem 2 tahap, yaitu :
Ø Pembibitan awal (pre nursery),
selama 10-14 minggu.
Ø Pembibitan utama (main
nursery), untuk pertumbuhan lebih lanjut selama 9-10 bulan setelah
dipindahkan dari pre nursery.
Urutan kegiatan dalam pembibitan Pre Nursery
·
Pemilihan
lokasi
·
Penyiapan
bahan tanam
·
Penyiapan
media tanam
·
Penanaman
·
Pemupukan
Urutan kegiatan dalam Pembibitan
utama Main Nursery
·
Penyiapan
media tanam
·
Penanaman
bibit
·
Pemupukan
·
Pemeliharaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
RISET DAN PENGEMBANGAN
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis
guineensis Jacq)
A. PEMBIBITAN (Nursery)
Dalam melakukan
pembibitan, kita perlu memperhatikan tanggal pengiriman kecambah. Karena
tanggal pengiriman harus dijadwalkan dengan tepat pada waktu pemesanan kecambah
untuk dapat memastikan persiapan dilapangan. Persiapan lapangan harus dipastikan
secara keseluruhan telah siap 3 bulan sebelum jadwal kecambah diterima di
kebun.
2.
Sistem Pembibitan.
Sistem
pembibitan yang digunakan adalah sistem 2 tahap, yaitu :
Ø Pembibitan awal (pre nursery),
selama 10-14 minggu.
Ø Pembibitan utama (main
nursery), untuk pertumbuhan lebih lanjut selama 9-10 bulan setelah
dipindahkan dari pre nursery.
3.
Lokasi Pembibitan.
Lokasi
pembibitan harus dipilih dengan beberapa pertimbangan :
a)
Dekat
dengan pengawasan
b)
Bebas
dari banjir,
c)
Ketersediaan
sumber air yang cukup
d)
Areal
cukup datar
e)
Terdapat
cadangan tanah yang cukup dengan kualitas yang baik untuk pembibitan utama
f)
Kemudahan
untuk mendapatkan akses jalan
g)
Ketersediaan
media (tanah) yang sesuai,dan
h)
Dekat
dengan areal yang direncanakan untuk dibuka.
4.
Pelaksanaan Pembibitan
Pre Nursery.
a.
HyPlug-VS 225ml
Latar
Belakang
Perkembangan
perkebunan kelapa sawit (Elaeis
gueneensis Jacq.) saat ini sangat
pesat, seiring perkembangan tersebut dibutuhkan banyak hal dan harus efisien,
seperti efisen tenaga kerja dan waktu sehingga bisa mempercepat pengembangan
perkebunan sawit dan mengurangi biaya. Pada pembibitan kelapa sawit
ke-efisienan tersebut sangat di tekankan untuk percepatan suplay bibit ke
perkebunan, salah satu hal yang bisa membantu efisen tenaga kerja dan waktu
adalah metode atau wadah media tanam untuk pertumbuhan benih/bibit kelapa
sawit, sehingga sangat diperlukan pemilihan wadah media tanam untuk menunjang
ke-efisienan tersebut.
Ukuran HyPlug yang digunakan HyPlug-VS 225 ml sama dengan
penggunaan polybag.
Gambar 5 HyPlug yang digunakan pada Pre
Nursery.
Langkah-langkah
pengisian di media HyPlug :
·
Persiapan
media tanam
Media yang
digunakan yaitu tanah (top soil), dan
diayak menggunakan ayakan ukuran 1cm x 1cm, selanjutnya di campur dengan pupuk
RPH dengan dosis 20 gr RP/polybag.
·
Pengisian
Tanah (Polybag dan HyPlug)
Tanah yang
sudah dicampur dengan pupuk RPH dimasukkan dalam polybag dan HyPlug kemudian
dipadatkan dengan cara menguncang dan ketinggian tanah 1cm dari bibir
polybag/HyPlug 1 minggu sebelum penanaman.(sumber: Riset dan Pengembangan).
Perawatan
a.
Pengendalian
Gulma
Pengendalian gulma
didalam atau diluar Polybag/HyPlug dilakukan dengan cara manual (mencabut). Pengendalian gulma diluar polybag dilakukan dengan herbisida kontak
antara lain parakuat dengan rotasi 1 bulan sekali dan dapat dikurangi jika
pelepah bibit telah menutupi permukaan tanah. Untuk menigkatkan efektifitas
penyemprotan dapat ditambahkan bahan perekat.
Ujung pipa alat semprot dipasanggi sungkup
bulat terbuat dari plastic agar herbisida tidak mengenai bibitm . alat semprot
tidak boleh bocor , pekerja semprot harus diawasi dengan ketat , terlatih dan
mengunakan pelindung sesuai dengan yang dianjurkan dilabel kemasan produk
herbisida.
b.
Perlakuan
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman
dengan jelas pupuk yang digunakan.
·
Pemupukan
NPK biasa dan NPK P terlarut dilakukan dengan cara menyemprot dengan dosis 9,4
gram dalam 1 liter air dan 45 ml untuk tiap bibit, pemupukan dimulai 1 bulan
setelah tanam dengan frekuensi penyemprotan 4 kali dalam sebulan (setiap
minggu).
·
Pemupukan
NPK + TSP dilakukan secara terpisah. Dosis untuk NPK sama dengan NPK biasa
sedangkan dosis TSP yaitu 3,08 gram dalam 1 liter air dan 45 ml untuk tiap
bibit, pemupukan dimulai 1 bulan setelah tanam dengan frekuensi 4 kali
penyemprotan (setiap minggu).
·
Pemupukan
Agroblen dan Miester MX dilakukan sebelum penanaman dengan cara menaburkan
untuk yang menggunakan polybag sedangkan untuk yang menggunakan hyplug,
agroblen dan Miester MX terlebih dahulu diaduk sampai rata dengan dosis 5 gram
per polybag/hyplug.
Seleksi
Sebelum
dipindahkan ke pembibitan utama bibit diseleksi dengan kriteria sebagai
berikut:
Bibit tidak
normal (Afkir), yaitu bibit dengan ciri-ciri :
a. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (norrrow
leaves)
b. Pertumbuhan berputar (twisted)
c. Pertumbuhan kerdil (dwarfesh)
d. Anak daun menggulung (rolled leaves)
e. Pertumbuhan memanjang/tegak (erected)
f. Anak daun kusut (crinkled)
g. Ujung daun membulat seperti mangkuk (collante).
·
Gambar
6: Jenis Bibit Abnormal pada Tahap Pre Nursery
Main nursery
1. Polybag
·
Polybag yang digunakan terbuat dari poly-ethylene, tahan lapuk,
berwarna hitam ketebalan 0,50 mm dengan 4 baris lubang drainase. Dalam keadaan
diratakan polybag tersebut berukuran panjang 50 cm x lebar 40 cm (dapat
menampung media 18 – 20 kg).
·
Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag adalah tanah
mineral yang gembur dengan komposisi tekstur pasir tidak melebihi dari 60%.
Pada lokasi areal gambut diusahkan media yang digunakan tanah mineral, namun
demikian pada kondisi tertentu media gambut dapat digunakan dengan mendapatkan
perlakuan khusus dalam pemupukan.
·
Pengisian tanah di polybag harus dipersiapkan 1 bulan
sebelum bibit dilakukan pemindahan.
·
Sebelum polybag diisi tanah terlebih dahulu tanah dicampur
dengan pupuk RPH dengan dosis 75 gr RP/polybag.
·
Penyusunan polybag digunakan bentuk segitiga dengan jarak
90 cm antara polybag dan 90 cm antar baris. Dengan ukuran tersebut akan
diperoleh sebanyak 12.000 bibit untuk setiap hektar.
2.
Penanaman
Bibit
·
Sebelum
bibit ditanam polybag harus dibuat lubang dengan ukuran sedalam HyPlug
menggunakan alat pelubang yang telah dipersiapkan.
Gambar : Pemindahan Pre Nursery (PN) ke Main Nursery (MN)
·
Wadah
Hyplug dilepaskan dengan cara dipukul bagian alas hyplug dan di tarik secara
perlahan-lahan.
·
Masukkan
kedalam polybag secara perlahan-lahan dan hati-hati untuk menghindari putusnya
perakaran pada saat pemindahan ke polybag.
·
Dilakukan
penekanan tanah pada polybag agar dapat berdiri dengan tegak dan kokoh.
Gambar 7:
Penekanan tanah pada polybag.
B. PEMUPUKAN
1.
LATAR
BELAKANG
Berdasarkan
hasil penelitian telah ditemukan bahwa tanaman membutuhkan 17 jenis element
nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Ke 17 jenis nutrisi ini disebut
nutrisi esensial. Secara sederhana nutrisi esensial memiliki pengertian nutrisi
yang memiliki fungsi didalam tanaman dan apabila tidak dipenuhi akan menghambat
pertumbuhan dari tanaman itu sendiri dan bahkan dapat menyebabkan efek
mematikan pada tanaman. Ke 17. Nutrisi esensial tersebut adalah C, H, O, N, P,
K, S, Ca, Mg, Ni, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B. 17 jenis nutrisi esensial tersebut
telah memenuhi ke 4 jenis syarat berikut.
a.
Tanaman tidak dapat melengkapi/menyempurnakan
siklus hidupnya tanpa nutrisi tersebut ( tumbuh dari benih harus menghasilkan
benih baru juga).
b. Fungsi
nutrisi tersebut tidak dapat digantikan oleh nutrisi yang lain.
c. Nutrisi
harus dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan reproduksi tanaman.
d. Kebanyakan tanaman membutuhkan nutrisi ini
agar dapat tumbuh dengan survive.
Nutrisi
pada tanaman dapat dibedakan menjadi nutrisi makro dan nutrisi mikro.Nutrisi
makro merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak sedangkan nutrisi
mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Menurut Davidescu
batas nutrisi makro dan mikro adalah 0.02%. Nutrisi yang jumlahnya lebih dari
0.02% dalam tanaman digolongkan pada nutrisi makro dan sebaliknya. Jenis
nutrisi makro dan mikro pada tanaman seperti yang terdapat pada table 3
berikut:
Tabel 3 jenis
makro dan mikro pada tanaman Kelapa Sawit
GOLONGAN
|
ESENSIAL
|
NON-
ESENSIAL
|
||
Utama
|
Kedua
|
Menaikkan
produksi
|
Tidak menaikkan
produksi
|
|
MAKRO
|
N, P,
K
|
Ca,
Mg, S
|
Na
|
Si, V
|
MIKRO
|
Fe,
Mn, Zn, B, Cu
|
Mo,
Ni, Cl
|
Al, I
|
Ar, Ba, Be, Bi, Br, Cr, F, Li, Pb, Rb, Pt,
Sr, Se
|
2.
JENIS-JENIS PUPUK
Berdasarkan bahan pembuatnya pupuk dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk majemuk dan
pupuk tunggal merupakan klasifikasi pupuk berdasarkan banyaknya jenis kandungan
nutrisinya. Berdasarkan jumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, pupuk
dapat dibagi menjadi pupuk makro dan pupuk mikro.
a.
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan
kimia dan merupakan buatan pabrik. Pupuk anorganik mempunyai kandungan nutrisi
yang tinggi. Mudah larut dalam air sehingga kandungan nutrisinya mudah diserap
oleh tanaman.Pemberian pupuk anorganik dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Karena aplikasinya mudah dan tersedia banyak dipasaran, pupuk ini paling banyak
diminati. Contoh pupuk anorganik adalah Urea, TSP, Kieserit dan KCL.
b.
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan
sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan kotoran hewan. Dibandingkan
dengan pupuk anorganik, pupuk organik mempunyai kandungan nutrisi yang lebih
rendah tetapi kandungan komposisi nutrisinya lebih lengkap. Keunggulan pupuk
organik yang paling penting antara lain pupuk ini dapat memperbaiki struktur
tanah, membuat tanah lebih remah dan lebih gembur. Bahan organik merupakan
makanan bagi jasad renik dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan didalam
tanah.Bahan organik dapat membuat daya serap tanah terhadap air meningkat,
mengikat air lebih banyak dan lebih lama sehingga ketersediaan air didalam
tanah dapat lebih bertahan lama. Pupuk organik yang biasa digunakan untuk
perkebunan kelapa sawit pada umumnya berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu :
·
Janjangan kosong
Tandan kosong
kelapa sawit adalah salah satu
produk sampingan (by-product) berupa padatan dari industri pengolahan
kelapa sawit. Ketersediaan tandan kosong
kelapa sawit cukup signifikan bila ditinjau berdasarkan rerata nisbah produksi
tandan kosong kelapa sawit terhadap total jumlah tandan buah segar TBS yang
diproses. Rerata produksi tandan kosong
kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total berat tandan buah segar
yang diproses di Pabrik Kelapa Sawit. Hasil analisa terhadap rerata kandungan nutrisi
yang terdapat di dalam tandan kosong kelapa sawit terutama unsur Nitrogen,
Fosfor, Kalium, dan Magnesium memberikan peluang dan potensi sebagai bahan
pengganti sumber nutrisi bagi tanaman kelapa sawit. Berdasarkan potensi kandungan nutrisi yang ada
maka aplikasi tandan kosong kelapa sawit dapat dilakukan untuk menekan
pemakaian pupuk kimia atau pupuk pabrikan seperti pupuk Urea, TSP atau RP, MOP
atau KCl, dan Kieserit. Selain sebagai
pengganti sumber nutrisi, aplikasi tandan kosong kelapa sawit juga dapat
dikategorikan sebagai salah satu
tindakan dalam implementasi pengelolaan lingkungan melalui program Produksi
Bersih (Cleaner Production).
Aplikasi
tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber nutrisi bagi tanaman kelapa sawit
yang menggantikan peranan pupuk anorganik dapat dikategorikan sebagai fungsi
secara kimia. Namun aplikasi tandan
kosong kelapa sawit juga dapat dikategorikan dari aspek fisik. Salah
satu aspek fisik penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa sawit
untuk menyerap dan menahan air, sehingga diharapkan dapat mempertahankan
kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya.
Terutama dengan memperhatikan penempatan tandan kosong yang tepat.
3.
STRUKTUR
FISIK TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
Secara
fisik tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan
komposisi antara lain sellulosa sekitar 45.95%; hemisellulosa sekitar 16.49%
dan lignin sekitar 22.84% (Darnoko dkk. 2002). Berdasarkan struktur tersebut dapat
dibayangkan bahwa sebenarnya tandan kosong kelapa sawit adalah kumpulan jutaan
serat organik yang memiliki kemampuan dalam menahan air yang ada di
sekitarnya. Secara fisik struktur
tersebut akan mengalami proses dekomposisi dan degradasi bahan organik sehingga
akan mengalami perubahan struktur menjadi seresah. Seresah juga mempunyai fungsi dan peranan
yang sama dengan tandan kosong kosong kelapa sawit yaitu mampu mempertahankan
air yang ada di sekitarnya.
·
Abu Janjang
Abu janjang merupakan hasil pengabuan secara perlahan janjangan
kosong didalam incinerator di pabrik kelapa sawit. Produksi abu janjang sekitar
0,45% dari total TBS yang diolah. Abu janjang dapat digunakan sebagai pupuk
pengganti unsur K, terutama dilahan gambut. 1Kg abu janjang setara dengan
dengan 0,6 Kg MOP. Kandungan nutrisi abu janjang antara lain 4% P2O5, 40% K2O,
6% MgO dan 5% CaO. Abu janjang sangat higroskopis dan mempunyai pH 12.Nutrisi
yang terkandung didalamnya sangat mudah larut, sehingga harus cepat
diaplikasikan.Penyimpanan sebaiknya dilakukan didalam plastik dan bukan didalam
karung.
·
Pelepah Kelapa Sawit
Pelepah kelapa sawit juga mempunyai
kandungan nutrisi walaupun dalam jumlah kecil. Setiap pelepah kelapa sawit yang
terpotong mempunyai kandungan 125 Kg N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O dan 25 Kg MgO
dalam tiap hektarnya selama setahun. Kandungan nutrisinya dalam persen adalah
0,5% N, 0,1% P2O5, 0,8% K2O dan 0,1% MgO. Susunan pelepah yang rapi dan
berbentuk L pada lahan datar akan merangsang pertumbuhan akar serabut pada
tumpukan pelepah tersebut.
·
Pupuk
Majemuk
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang
mengandung lebih dari satu jenis kandungan nutrisi.Umumnya nutrisi yang
dikandungnya hanya unsur makro atau unsur mikro saja. Contoh pupuk majemuk
antara lain pupuk mutiara 16-16-16 yang berarti mengandung 16% nitrogen, 16 %
Fosfor dan 16 % Kalium. Saat ini komposisi kandungan nutrisi pupuk majemuk
cendrung lebih spesifik sesuai dengan komoditi tanaman. Sebagai contoh pupuk
NPK 44 dengan komposisi nutrisi 12-6-22-3 mengandung 12% Nitogen, 6% Fosfor, 22%
Kalium dan 3% Magnesium. Pupuk NPK 44 ini memang sengaja dibuat dan dikhususkan
untuk komoditas tanaman kelapa sawit.Bahkan untuk sekala besar, pihak
perkebunan biasanya lebih menyukai memesan pupuk majemuk ini langsung ke
pabriknya sesuai dengan komposisi nutrisi yang diinginkan. Pemesanan pupuk
majemuk dengan komposisi yang diinginkan tentunya akan menguntungkan pihak
perkebunan, karena frekuensi aplikasi pupuk dilapangan dapat dikurangi
dibandingkan dengan memakai pupuk tunggal.
·
Pupuk
Tunggal
Pupuk tunggal merupakan pupuk yang
mengandung satu jenis nutrisi saja. Pupuk ini biasanya tergolong pupuk
anorganik. Pupuk tunggal dapat hanya mengandung satu jenis nutrisi makro atau
satu jenis nutrisi mikro saja. Contoh pupuk tunggal yang mengandung satu jenis
nutrisi makro saja seperti pupuk Urea dan ZA yang mengandung nutrisi nitrogen
saja. Pupuk KCL dan ZK hanya mengandung nutrisi kalium saja.
·
Pupuk Makro
Pupuk yang mengandung nutrisi makro disebut
dengan pupuk makro. Nutrisi makro adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar. Davidescu & Davidescu (1988) mengusulkan bahwa batas
perbedaan nutrisi makro dan mirkro adalah 0,02% didalam tanaman. Apabila
didalam tanaman terdapat kandungan nutrisi tertentu diatas 0,02% maka nutrisi
tersebut digolongkan sebagai nutrisi makro.
Golongan nutrisi esensial makro utama adalah N,
P dan K sedangkan golongan nutrisi esensial kedua adalah Ca, Mg dan S.
·
Pupuk Mikro
Pupuk mikro merupakan pupuk yang mengandung
nutrisi mikro. Nutrisi mikro adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah kecil. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil bukan berarti nutrisi ini
tidak dibutuhkan. Pada tanaman kelapa sawit kekurangan nutrisi Fe dapat
menurunkan produksi yang sangat signikfikan dan bahkan dapat menyebabkan
kematian tanaman.
C. PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN
PENGENDALIAN HAMA DAN GULMA
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
Pengendalian
organisme
pengganggu
tanaman dianjurkan mengunakan metode pengendalian Hama Secara Terpadu
(PHT) yaitu pengendalian dengan memanfaatkan
musuh alami, pengendalian secara manual dan
aplikasi insektisida yang ramah lingkungan.
Strategi dan kebijakan pengendalian ke depan harus memenuhi
persyaratan :
a.
Dapat
melestarikan keseimbangan alami yang berdampak positif terhadap lingkungan.
b.
Dapat
mempertahankan potensi produksi secara kualitas dan kuantitas.
1.
HAMA
a.
Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis yaitu pengendalian hama dengan
mengunakan musuh alami dari hama itu sendiri, yang
biasa dilakukan yaitu dengan menanam tanaman tempat berkembang biaknya musuh
alami ulat pemakan daun kelapa sawit, contohya tanaman Turnera subulata
yang bisa di tempati predator ulat pemakan
daun kelapa sawit yaitu.
Turnera subulata
·
Predator
Pemangsa (UPDKS) (Sycanus, sp)
·
Parasitoit
(Spanaria spinatot)
Karena adanya predator
dan parasitoid ini bertujuan agar ulat pemakan daun kelapa sawit ini mati dan
tidak mampu berkembang biak dalam sekala besar.
b.
Pengendalian secara khemis
Pengendalian secara khemis yaitu pengendalian (UPDKS ) ulat pemakan
daun kelapa sawit dengan mengunakan bahan kimia dan alat yang di gunakan
khusus, namun biasanya hanya dilakukan di areal perusahaan dan kebun yang
sangat luas karena biaya yang cukup mahal dan resiko yang besar yang mampu
merugikan bagi lingkungan di sekitarya maka dari itu pengendalian ini harus di
lakukan dengan berhati-hati.
Pengendaliaan ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) yaitu
mengunakan mesin MIST BLOWER, mesin ini di gunakan untuk menyemprotkan
insektisida yang telah dicampur dengan air lalu disemprotkan ke daun kelapa
sawit yang terserang hama ulat pemakan daun
kelapa sawit, dengan nama bahan aktif yang biasa pakai SUPERMETRIN
dengan perbandingan insektisida dan air yaitu 25 gram/liter, aplikasi
di lakukan langsung kepada tanaman kelapa sawit yang terkena hama ulat pemakan
daun kelapa sawit
Mist blower
Kendala yang di hadapi dari penggunaan mesin ini adalah, selain
harganya mahal dapat membunuh musuh alami hama, mesin penyemprot ini hanya
mampu di gunakan pada tanaman kelapa sawit yang masih rendah atau masih
terjangkau untuk di semprot pada bagian
daun yang terserang hama ulat pemakan daun kelapa sawit, yang umur tanaman
maksimal 5 tahun
c.
Pengendalian secara manual
- Pada saat stadia pupa untuk UPDKS yang pupanya di daun dan di ketiak daun seperti ulat api (Stora nitens), yaitu dengan pengutipan pupa yang ada pada piringan tanaman kelapa sawit pengutipan dilakukan pada setiap umur tanaman untuk UPDKS yang pupanya di tanah.
- Pada saat ulat berubah menjadi kupu-kupu untuk memutuskan siklus hidup UPDKS yaitu dengan mengunakan Light Trap, yaitu perangkap cahaya lampu, mengunakan lampu petromak dan ember plastik yang diisi air deterjen, perangkap ini digunakan pada Pukul 18.00 – 23.00 dan dilakukan terus menerus pada areal serangga selama 7 malam (sesuai dengan umur kupu-kupu ) pada pada saat ulat menjadi kupu-kupu Light.
2.
GULMA
Gulma merupakan
vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi pesaing bagi tanaman utama
(kelapa sawit), sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena merugikan
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit serta dapat mengganggu kalancaran
aktifitas lainnya.
Gulma terdiri dari
kelompok yaitu gulma rumput-rumputan, gulma berdaun lebar, gulma berkayu dan
gulma lainnya. Cara menerapkan pengendalian gulma
terpadu (Integrated
Weed Management)
dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian, meliputi cara kultur
teknik, tindakan preventif, biologis, dan kimiawi.
a.
Pengendalian gulma
Standar dan tindakan pengendalian gulma dimulai dari awal penanaman
di TBM adalah sebagai berikut :
·
Dilakukan
pembersihan piringan sampai 30 cm diluar batas kanopi atau sampai maksimal 180
cm dari pangkal pohon kelapa sawit, sedangkan jalan rintis dibersihkan selebar +
1,2m dilakukan setelah tanaman berumur > 6 bulan .
·
Pengendalian
secara preventif dan kultur teknis : dilakukan dengan penanaman dan
perawatan kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma.
Pengendalian secara biologis :
·
Kacangan
berfungsi sebagai pengendalian biologis melalui persaingan hidup
·
Mengembangkan
agensia pengendali gulma hayati
seperti :
Pareuchaetes
pseudoinsulata dan cecidochares connexa untuk mengendalikan chromolaena
odorata,actionote anteas untuk mengendalikan gulma putihan dan Mikania spp.
Pelestarian tanaman berguna untuk :
·
Beberapa
jenis tanaman yang berguna sebagai inang imago parasitoid dan predator hama
kelapa sawit yang tumbuh dilapangan perlu dilestarikan karena
bermanfaat untuk mendukung perkembangan musuh alami hama kelapa sawit dan
berfungsi sebagai penutup tanah alami.
Pengendalian secara kimia
Yaitu pengendalian gulma yang di lakukan mengunakan bahan kimia
yang mampu membunuh gulma namun dapat berpengaruh negatif bagi tanaman budidaya
dan tanah.. Pengendalian ini biasanya di lakukan untuk mengendalian gulma
secara besar, yaitu
pengendalian di lakukan di areal kebun dengan mengunakan alat SOLO SPRAIYER
yang berfungsi untuk mengaplikasikan bahan kimia yang sudah di campur dengan
herbisida bahan kimia, dengan
bahan aktif yang biasa di gunakan yaitu GLIFOSATE atau SULFOSATE dengan dosis
4-6 liter/Ha, dengan kebutuhan air 450 -500 liter/Ha, atau
sama dengan untuk dosis 1 liter 90-110 cc/liter, yang di aplikasikan disekitar
peringan, jalan ritisan
dan ditempat gawangan mati.
D. PENGAMBILAN CONTOH DAUN
Latar Belakang
Produksi
kelapa sawit yang maksimal dapat tercapai apabila terpenuhi kebutuhan unsur
hara tanaman itu sendiri. Analisa daun merupakan salah satu alat untuk
mengetahui kebutuhan tanaman terhadap status unsur hara. Analisa daun yang
akurat harus ditunjang dengan system pengambilan daun (LSU/Leaf Sample Unit)
yang tepat di lapangan. Ketelitian, kebenaran dan kejujuran mutlak diperlukan
dalam pengambilan contoh daun.
Ketepatan
dalam melakukan LSU akan memberikan rekomendasi pemupukan yang baik sesuai
kebutuhan tanaman. Oleh karena itu pengetahuan tenaga pengamat dan system
pengawasan yang benar menjadi mutlak harus dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
Pemilihan Unit Areal Untuk LSU
§ LSU adalah unit areal dimana contoh daun diambil untuk dianalisa
yang nantinya akan diaplikasi dosis pemupukannya sesuai dengan rekomendasi pada
LSU yang bersangkutan.
§ Satu LSU harus mempunyai kondisi yang relative seragam dalam (a)
umur tanaman (tahun tanam), (b) tipe tanah, (c) tindakan agronomis, (d)
drainase, (e) topografi dan (f) bahan tanaman
§ Apabila dalam 1 LSU terdapat perbedaan kondisi lahan yang jelas,
misalnya areal yang curam, rendahan dan keadaan yang ekstrim lainnya maka
kondisi tersebut digambarkan dalam peta LSU.
Penentuan Jumlah Pohon
§ Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan system 10 x 10
artinya barisan yang dipilih sebagai barisan LSU adalah setiap kelang 10 baris,
sedangkan sebagai pohon contoh diambil setiap kelang 10 pohon. Dengan demikian
dalam 1 blok dalam luasan 30-40 ha, akan didapatkan antara 33-34 pohon, atau
1-1,5 % dari total pohon dalam 1 blok.
Pemilihan Pohon Contoh
(a)
Langkah
pertama adalah menentukan titik awal sebagai titik di mulainya pelaksanaan LSU.
Titik awal di mulai dari arah Barat – Utara (B – U).
(b)
Langkah
kedua adalah menentukan pohon yang akan dijadikan pohon pengamatan. Catatan
dibawah ini didasarkan pada asumsi luasan tiap LSU 30 ha (blok normal) dan
tanaman tidak ditanam dalam system contour, sistem pengambilan 10 x 10 dan
titik awal pengambilan B-U. Pengambil LSU menuju baris ke –10, yang merupakan
baris pertama dari LSU.
(c)
Pohon
pertama sampel yang dipakai sebagai permulaan perhitungan pohon contoh adalah
pohon yang terletak pada baris ke–10 masuk menuju pohon ke –5 dari pinggir blok yang dipilih.
(d)
Pohon
sampel nomor 2 adalah kelang 10 pohon dari pohon pertama sampel atau (pohon
ke-15), pohon sampel nomor 3 adalah kelang 10 pohon dari pohon sampel kedua
atau pohon ke 25.
(e)
Pohon
berikutnya : Dihitung setiap kelipatan 10 pohon pada baris yang sama. Apabila
telah menembus jalan (selesai) maka bergeser 10 baris kearah selatan dan tetapkan
lagi pohon contoh mulai pada pohon ke-5,
demikian seterusnya pengambilan pohon sampel berikutnya kelang 10 pohon
hingga selesai mengerjakan 1 blok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar lampiran 1.
(f)
Apabila
pohon contoh terpilih tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh LSU maka
dilakukan pemindahan pohon didepannya. Pohon contoh selanjutnya dihitung 10
pohon dari pohon yang tidak memenuhi syarat tadi. Ciri-ciri pohon yang tidak
memenuhi syarat sebagai pohon contoh adalah :
·
Pohon
yang terletak dipinggir jalan, rel kereta api, sungai parit atau dengan
perumahan.
·
Pohon
sisipan.
·
Pohon
kerdil.
·
Pohon
steril.
·
Pohon
terserang hama dan penyakit.
·
Pohon
yang tumbuh miring ditanah normal (datar).
·
Pohon
yang pelepah ke 17 tidak ada (rusak).
·
Pohon
abnormal.
(g)
Pohon contoh harus diberi tanda yang
jelas dan nomor urut untuk masing-masing LSU karena pohon yang sama akan
dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon yang biasa digunakan adalah :
(a) Tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda masuk.
(b) Tanda panah ke samping
( ) sebagai tanda perpindahan baris.
(c) Nomor pohon contoh ditulis angka ( 21 ).
(h)
Apabila
pada tahun berikutnya pohon yang dipilih menjadi tidak memenuhi syarat karena
mati, atau terserang penyakit maka contoh daun diambil dari pohon didepannya
yang memenuhi syarat. (masih dalam barisan LSU).
Memilih Pelepah yang Akan diambil Contoh Daunnya
(a.)
Hasil
penelitian membuktikan bahwa pelepah ke – 17 dapat mewakili penentuan kandungan
unsur hara tanaman.
(b.)
Pengambilan daun umumnya dimulai pada saat
tanaman berumur 3 tahun setelah tanam.
(c.)
Prosedur Pengambilan Contoh daun
(a.)
Menyiapkan
peralatan – peralatan LSU seperti :
P Egrek,
P Parang,
P Kuas,
P Galah,
P Map LSU,
P Plastik ukuran 5 kg,
P Meteran Kain,
P Cat minyak warna biru,
P Formulir B
P Alat tulis
(b)
Tenaga
pengambilan contoh daun :
P Pengambilan daun dilakukan antara pukul 07.00 – 11.00 WIB. Apabila
tidak memungkinkan maka pengambilan dapat diperpanjang hingga pukul 12.00 WIB
P Pengambilan contoh daun tidak boleh dilaksanakan pada hari hujan
> 20 mm
P Apabila CH < 20 mm maka pengambilan contoh daun dapat dilakukan
setelah 1 jam hujan berhenti dengan syarat setelah titik hujan tidak terlihat
dipermukaan daun yang diambil
P Penentuan pelepah ke-17 harus dilakukan secara benar dan tepat
P Pada sampel nomor pohon ganjil (pohon sampel ke-1, 3, 5 dst)
dilakukan pengukuran terhadap parameter :
*
Tinggi
pohon : Diukur dari duri daun paling bawah pada pelepah ke-17 sampai permukaan
tanah. Pengukuran dilakukan pada saat pelepah belum diturunkan. (satuan
menggunakan meter)
*
Panjang
Pelepah : Diukur dari perbatasan antara duri dan anak daun sampai ujung belahan
pelepah (satuan menggunakan meter)
*
Lebar
petiole : Diukur secara melintang mulai duri daun sisi kiri ke duri sisi kanan
pada daerah perbatasan antara duri dengan anak daun. (satuan dalam centimeter)
*
Tebal
petiole : Pangkal pelepah dibelah secara membujur lalu diukur ketebalan pelepah
pada posisi duri daun paling bawah. (satuan dalam centimeter)
P Pada sampel nomor pohon genap (sampel pohon ke- 2,4,6) hanya diukur
lebar dan tebal petiole.
ü Pelepah yang akan diambil contoh daunnya dipotong. Empat helai daun
dipotong dari bagian tengah pelepah yaitu , 2 helai daun dari sisi kiri dan 2
helai daun dari sisi kanan. Kedua helai daun dari setiap sisi tersebut berasal
dari satu helai yang tumbuh keatas dan 1 helai yang tumbuh kebawah. Pengambilan
daun dipastikan tidak salah. Helai daun yang telah diambil di potong 3 bagian
yaitu pangkal, tengah dan ujung. Bagian tengah
( + 15 cm) dilepaskan dari lidinya dan daun di masukkan dalam
kantong plastik.
ü Setelah pengambilan pada pohon pertama selesai, dilanjutkan ke pohon contoh ke-2 dengan prosedur yang
sama.
ü Pengambil contoh daun dan pengawas lapangan harus mencatat dalam
formulir B tentang gejala-gejala defisiensi hara pada areal tersebut. Jika
memungkinkan kondisi umum areal tersebut dijelaskan juga. Contoh formulir B
disajikan pada lampiran 2.
ü Setelah selesai pengambilan contoh daun dalam plastik diberi label
dan dikirim ke kantor besar. Catatan yang harus dibuat pada label diatas adalah
sebagai berikut:
Nama
kebun :
Afdeling :
Rayon :
Blok :
Tahun
Tanam :
Pelepah
Ke :
Tanggal
pengambilan :
Nama
pengambil :
ü Contoh daun dari lapangan dibersihkan dari debu dengan menggunakan
kain/kapas yang bersih selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 70-80
derajat celcius selama 12 jam. Untuk mempercepat pengeringan maka dilakukan
pembalikan pada saat pengeringan. Contoh daun yang sudah kering dicirikan
dengan mudahnya dilakukan penghancuran melalui remasan tangan.
ü Hasil contoh daun yang sudah kering segera mungkin dikirim ke
laboratorium (bagian Research) untuk dilakukan analisa.
E. ANALISA TANDAN
Pengertian
analisa tandan
Analisa tandan kelapa sawit adalah
analisa yang dilakukan untuk mengetahui
komponen-komponen tandan seperti kandungan minyak dan kandungan kernel
pada kelapa sawit dan lain-lain.
Tujuan
anlisa tandan
Untuk mengetahui komponen-komponen seperti
kandungan minyak dan kandungan karnel serta juga dapat mengetahui seperti berat
tandan dan jumlah spikelet dalam 1 tandan.
Alat
yang dibutuhkan :
- Timbangan duduk 50 kg
- Timbangan 2 kg.
- Kampak, parang, pisau.
- Dodos, egrek
- Spidol dan kertas label.
- Karung.
- Hand spayer.
- Angkong atau gerobak.
Bahan
yang dibutuhkan :
1.
Buah
kelapa sawit yang sudah cukup waktu panen.
2.
Cairan
ETHEL
yang dicampur dengan air untuk melepaskan berondolan dari setiap spikelet.
Prosedur
analisa tandan
1.
Pemilihan
Tandan
Tandan diambil
dari tanaman kelapa sawit yang sudah ditentukan dan buah kelapa sawit pada
tandan sudah matang (minimal 5 berondolan per tandan yang lepas sebelum panen)
karena pada syarat pengambilan tandan minimal 5 berondolan dan maksimal 10
berondolan, apabila berondolan jatuh kurang dari 5 maka pengambilan buah sawit
tetap bisa diambil tetapi tingkat kematangan buah belum maksimal dan merata oleh
karena itu pengambilan dilakukan dengan syarat berondolan lepas sebanyak 5
berondolan dan tandan/buah harus normal.
2.
Pemanenan
Tandan
Panen tandan yang sudah ditentukan, hitung jumlah berondolan yang
lepas dari tandan sesudah panen, timbang berat tandan dan berondolan, kemudian
masukkan ke dalam karung. Karung yang
berisi tandan harus diberi label dengan keterangan :
Tanggal :
No
Trial :
Plot/Row :
No
Pohon :
Berat
Tandan :
Jumlah
berondolan lepas :
Identitas pohon
dan keterangan yang dibutuhkan harus jelas dan lengkap.
Laboratorium
·
Timbang
ulang berat tandan dalam karung yang dibawa dari lapangan, catat berat dan
jumlah berondolan yang lepas dari tandan. Data yang terdapat dalam label dari
lapangan dicatat kembali pada buku jurnal laboratorium.
·
Potong
semua spikelet dari batang tandan di atas meja dan pisahkan berdasarkan posisi
pada tandan (atas, tengah, bawah). Catat tipe buah kelapa sawit (dura,
pesifera, tenera).
·
Timbang
dan catat berat batang tandan (stalk) dan semua spikelet yang sudah dilepas
dari batang tandan secara terpisah.
·
Ambil
sampel untuk analisa fisika dan analisa kimia
Analisa Fisika
·
Acak
semua spikelet yang sudah dilepas dari tandan berdasarkan posisi spikelet pada
tandan (atas, tengah, bawah) pada meja. Ambil 4.5 – 5.5 kg sampel spikelet yang
sudah diacak. Hitung jumlah spikelet.
·
Beri
ETHEL pada sampel, diamkan 1 malam
·
Lepaskan
semua berondolan dari spikelet dengan menggunakan tangan. Hitung dan timbang
jumlah buah fertile (luar dan dalam), partenokarpi (luar dan dalam) dan
spikelet kosong secara terpisah.
Analisa Kimia
·
Ambil
20
spikelet dari spikelet yang sudah diacak pada bagian buah fertil atas dan 10 spikelet dari bagain
fertil bawah sehingga
totalnya 30 buah.
·
Selanjutnya timbang, catat
dan masukkan ke dalam plastic klip tebal dengan
label yang benar. (berondolan sebaiknya diproses pada hari itu juga, berondolan
yang tidak bisa diproses pada hari itu harus dimasukkan ke dalam kulkas).
·
Lepaskan
mesocarp dari 30 berondolan dengan cara diiris menggunakan
pisau sampai biji (nut) bersih dari mesocarp. Pisahkan mesocarp dan biji (nut)
pada wadah terpisah, timbang, catat dan diberi label.
·
Selanjutnya
hasil analisa.
F. PENGENALAN
GIS (Geographic Information System)
1.
GIS (Geographic Information System)
a. Definisi
GIS (Geographical Information System) atau dikenal pula dengan SIG
(Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem infomasi berbasis komputer
yang menggabungkan antara unsur peta
(geografis) dan informasi (data atribut) yang dirancang untuk mendapatkan,
mengolah, memanipulasi, analisa dan menampilkan data spatial (keruangan).
b Komponen
·
Perangkat
Keras (digitizer, scanner, CPU, harddisk, dll)
·
Perangkat
Lunak (ArcView, Map Info, Quantum GIS,MapWinGis, dll)
·
Organisasi
(manajemen) Data
·
Pemakai
(user)
c. Jenis data GIS
1.
Data
Spasial
a. Raster
·
Data
hasil dari sistem penginderaan jauh
·
Obyek
geografis direpresentasikan sebagai struktur sel-grid (pixel)
b. Vektor
·
Obyek
di bumi direpresentasikan garis (line,arc) , area atau poligon, serta sebagai
titik atau point
2.
Data
Non Spasial (data atribut)
Disebut juga informasi deskriptif. Artinya suatu lokasi, dapat
memiliki beberapa atribut atau property yang berkaitan dengan nya.
b.
Jenis feature geografis
1.Titik/Point.
Biasanya digunakan
untuk menggambarkan lokasi yang tidak mempunyai luasan seperti Patok BPN, Titik
Tinggi, Puncak Gunung, dll
2. Garis/Line.
Feature
yang dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang saling berhubungan. Contoh: jalan,
garis kontur, dll.
3. Area/Polygon.
Feature
luasan yang dibentuk dari garis yang
tertutup menggambarkan suatu area yang homogen. Contoh landuse pemukiman, danau
dll.
c.
Sumber Data Spasial
Salah satu syarat GIS adalah data spasial. Ini dapat diperoleh dari
beberapa sumber antara lain:
1.
Peta
analog
Peta analogyaitu peta dalam bentuk
cetak. Seperti peta topografi, peta tanah dan sebagainya. Umumnya peta analog
dibuat dengan teknik kartografi, dan kemungkinan besar memiliki referensi
spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dan sebagainya.
Dalam tahapan GIS sebagai keperluan sumber data, peta analog
dikonversi menjadi peta digital. Caranya dengan mengubah format raster menjadi
format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan
bumi.
2.
Data
Sistem Penginderaan Jauh
Data penginderaan jauh, seperti hasil citra satelit, foto-udara dan
sebagainya, merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG. Karena ketersediaan
data secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam
satelit di ruang angkasa dengan spesifikasi masing-masing, kita bisa memperoleh
berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.
- Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan merupakan data yang dihasilkan berdasarkan
teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data
atribut, contohnya batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak
pengusahaan hutan, dan lain-lain.
- Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data
bagi GIS. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya
teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.
d.
Dijitasi
1.
Pengertian GIS
GIS adalah
proses pengubahan/konversi dan peta raster (mosaic foto udara kedalam peta
bentuk vector (digital shp TabMapInfo).
2.
Cara Melakukan Dijitasi Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq)
·
Melalui
aplikasi ArcGIS 9, ArcMAP versi 9.3 seperti gambar berikut :
Setelah muncul tampilan seperti pada gambar di bawah ini, langkah
yang harus dilakukan adalah
·
Klik
file kemudian open.
·
Tentukan
letak file yang akan didigitasi.
·
Setelah
menemukan letak file yang akan didijitasi, klik open.
·
Kemudian
akan muncul tampilan peta pada gambar di bawah ini :
·
Untuk
proses awal melakukan dijitasi pokok sawit, kita harus aktifkan Start editing
melalui editing. seperti pada gambar di bawah ini :
maka akan
muncul tampilan seperti gambar berikut ini :
·
Klik
start editing, lalu klik folder yang akan didijitasi dan OK. Lihat gambar:
·
Setelah
klik OK, maka akan muncul tampilan berupa hasil foto udara kelapa sawit seperti
pada gambar berikut ini:
·
Setelah
muncul tampilan di atas untuk memulai dijitasi, kita menggunakan sketch tool
seperti gambar barikut:
·
Mulai
lakukan dijitasi pokok sawit hingga hasil dari dijitasi seperti gambar berikut:
Hasil dijitasi
pokok sawit.
·
Apabila
terjadi kesalahan dalam melakukan dijitasi pokok sawit, seperti gambar berikut:
Apabila terjadi
kesalahan dalam melakukan dijitasi pokok sawit dengan menandai yang bukan pokok
sawit. Dapat dihapus dengan cara :
·
Edit
tool, hilangkan tanda centang selain dijitasi pokok sawit dengan Ensomosaic.
Seperti gambar berikut :
·
Selanjutnya
diblok letak dijitasi yang salah dan tekan delete, seperti gambar berikut:
·
Setelah
delete, maka dijitasi yang salah akan hilang dan hasil dapat kita lihat seperti
gambar berikut :
·
Untuk
mengatur kecerahan atau contras, brightness, dan transparency, dapat dilakukan
dengan klik kanan Mosaic, lalu properties.
Setelah itu,
akan muncul tampilan seperti gambar berikut :
Setelah itu,
kita atur Contras,brightness, dan transparency. Lalu klik Apply dan OK.
·
Untuk
menghitung jumlah pokok sawit yang didijitasi, dapat dilakukan dengan :
Klik kanan point afdeling, seperti gambar berikut :
Lalu klik Open atribut table, dan setelah itu akan muncul tampilan
seperti gambar berikut:
·
Untuk
melakukan perhitungan blok dengan menggunakan ArcGIS, dilakukan dengan
mengeklik select features. Lihat gambar!
·
Select
dalam setiap bloknya untuk mengetahui jumlah pokok sawit di setiap blok.
·
Kemudian
klik Open Attribut Table, seperti gambar berikut:
·
Kemudian
akan tampil jumlah dijitasi di blok tersebut. Lihat gambar berikut!
·
Setelah
mengetahui jumlah pokok sawit dari blok tersebut, masukkan data ke data
Afdeling:
Untuk menyimpan
hasil digitasi, dapat di lakukan dengan klik editing, lalu save edit seperti
gambar berikut :
·
Untuk
berhenti melakukan dijitasi, klik editing lalu stop editing, seperti gambar
berikut:
setelah itu
akan muncul tampilan seperti gambar berikut :
Setelah itu
klik exit.
Jika muncul
tampilan peringatan seperti gambar di berikut ini, klik yes.
BAB V
ANALISA USAHA TANI
Perincian Biaya Upah dan Bahan Untuk Pembibitan Tanaman
Kelapa Sawit ( Elaeis guneensis Jacq )
Di PT. PANCA SURYA GARDEN First Resources
I. Pembibitan
Pre Nursery
A.
Upah
Karywan
NO
|
URAIAN
KEGIATAN
|
JUMLAH HK
|
HARGA/HK
|
JUMLAH
|
1
|
Pembersihan lahan
|
10
|
55.000
|
550.000
|
2
|
Pengisian media tanam
|
4
|
55.000
|
220.000
|
3
|
Penanaman kecambah
|
3
|
55.000
|
165.000
|
4
|
Perawatan (pembersihan gulma)
|
4
|
55.000
|
220.000
|
5
|
Pemberian Pupuk ( 3 bulan )
|
12
|
55.000
|
660.000
|
TOTAL
|
1.815.000
|
B.
Bahan
NO
|
URAIAN BAHAN
|
BERAT/ JUMLAH
|
HARGA
|
JUMLAH
|
1
|
Kecambah kelapa sawit
|
1000 butir
|
12.000/butir
|
12.000.000
|
2
|
HyPlug-VS 225 ml
|
1000
|
7.500/4buah
|
1.875.000
|
3
|
Springkel
|
30
|
200.000/buah
|
6.000.000
|
4
|
Pupuk NPK biasa
|
1,1 kg
|
10.000
|
11.000
|
5
|
Pupuk NPK P
|
0,6 kg
|
15.000
|
9.000
|
6
|
Pupuk TSP
|
0,2 kg
|
9.000
|
1.800
|
7
|
Pupuk Agroblem
|
0,6 kg
|
30.000
|
18.000
|
8
|
Pupuk Miester Mx
|
0,6 kg
|
30.000
|
18.000
|
TOTAL
|
19.932.800
|
II.
Pemindahan Bibit ke Mainnusery
A.
Upah
Karyawan
NO
|
URAIAN
KEGIATAN
|
JUMLAH HK
|
HARGA/HK
|
JUMLAH
|
1
|
Pembersihan lahan
|
20
|
55.000
|
1.100.000
|
2
|
Pengisian Media tanam
|
10
|
55.000
|
550.000
|
3
|
Penanaman
bibit
|
10
|
55.000
|
550.000
|
4
|
Perawatan (pembersihan gulma)
|
20
|
55.000
|
1.100.000
|
5
|
Pemberian Pupuk ( 11 bulan )
|
15
|
55.000
|
825.000
|
TOTAL
|
3.135.000
|
B.
Bahan
NO
|
URAIAN BAHAN
|
BERAT/JUMLAH
|
HARGA
|
JUMLAH
|
1
|
Polybag
|
72 kg
|
14.000
|
1.100.000
|
2
|
Pupuk NPK
|
310 kg
|
10.000
|
3.100.000
|
3
|
Pupuk Kieserite
|
135 kg
|
10.000
|
1.350.000
|
TOTAL
|
5.550.000
|
ANALISA USAHA TANI
A.
Pembibitan
Prenursery
Upah
Karyawan @Rp. 1.815.000,00,-
Biaya
Bahan @Rp. 19.932.800,00,-
Total @Rp. 21.747.800,00,-
B.
Pembibitan
Mainursery
Upah
Karyawan @Rp. 3.135.000,00,-
Biaya
Bahan @Rp. 5.550.000,00,-
Total @Rp. 8.685.000,00,-
C.
Hasil
Penjualan Bibit Kelapa Sawit.
Harga/bibit @Rp. 35.000,00,-
Jumlah
bibit @ 1.000 Batang bibit
Total @ 1.000 batang x Rp. 35.000,00,-
= Rp.35.000.000,00,-
D.
Total
Biaya Keluar = Rp. 21.747.800,00,-
+ Rp.8.685.000,00,-
= Rp. 30.432.800,00,-
E.
Keuntungan =
Hasil penjualan – Biaya Keluar
= Rp. 35.000.000,00,-
- Rp. 30.432.800,00,-
= Rp. 4.567.200,00,-
F.
B/C
Ratio = Keuntungan : Cost x 100
= Rp. 4.567.200,00,- : Rp. 30.432.800,00,-
x 100%
= 15%.
BAB
VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Praktek
Industri (PRAKERIN) selama 4,5 bulan yang dimulai pada tanggal 20 Desember 2011
sampai dengan 3 Mei 2012, di PT. Panca Surya Garden kebun Kubang, Kabupaten
Kampar - RIAU, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Pelaksanaan kegiatan di lokasi PRAKERIN pada umumnya telah dilaksanakan dengan baik
sebagaimana yang diharapkan .
2.
Pengelolaan atau pemeliharaan tanaman dan
pemeliharaan lingkungan perkebunan dapat meningkatkan dan memaksimalkan hasil
dan mutunya serta dapat menjadikan umur produktif tanaman selama mungkin.
3. Pelaksanaan
suatu pekerjaan pada PT. Panca Surya Garden Kebun Kubang atas dasar instruksi
dari pimpinan sampai kepada pengawas lapangan sehingga pekerjaan tersebut
terlaksana dengan baik sesuai dengan sasaran yang dikehendaki.
4. Berdasarkan
syarat tumbuh kelapa sawit, maka lokasi PT. Panca Surya Garden kebun Kubang secara
umum cocok sebagai tempat pembudidayaan atau pengembangan tanaman kelapa sawit.
5. Perhatian
PT. Panca Surya Garden terhadap dunia pendidikan sangat baik ini terbukti
dengan dibangunnya tempat pendidikan serta diterimanya siswa yang ingin
melakukan magang. Begitu juga dengan sarana dan fasilitas yang tersedia di
tempat kegiatan berupa bangunan Riset, Laboratorium, Treaning Centre lengkap
dengan perumahan karyawan.
B.Saran
1.
Pihak Sekolah
·
Persiapan
mental yang tangguh dan tanggung jawab sangat diperlukan untuk diterapkan.
Sehingga siswa tidak canggung dalam menghadapi situasi dilapangan kerja yang
tergolong keras.
·
Kunjungan
guru pembimbing sebaiknya lebih dipusatkan pada kebutuhan siswa dalam
penyusunan laporan.
·
Untuk
kedepannya panitia/guru pembimbing prakerin sebaiknya mengadakan pendekatan
kepada pihak perusahaan untuk mengadakan kerjasama yang lebih erat dan
mengadakan kontrak kerja kepada siswa prakerin.
·
Perlu peningkatan dan pengetahuan tentang
kedisipilanan dan etika serta penerapannya baik perilaku, dan cara berbicara
supaya terbiasa apabila sudah berada didunia kerja
2.
Pihak Perusahaan
·
Pertahankan
loyalitas pekerja kepada perusahaan.
·
Kurangi
hubungan ketidak harmonisan atasan terhadap bawahan. Karena kunci kekompakan
perusahaan adalah hubungan harmonis atasan terhadap bawahan.
·
Kurangnya
tenaga kerja sehingga banyak areal pekerjaan mengalami lewat rotasi. Untuk itu
disarankan perusahaan menambah karyawan, agar semua pekerjaan dapat
dilaksanakan.
·
Kurangnya sarana K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) bagi karyawan. Untuk itu mohon dilengkapi sarana APD (Alat Pelindung
Diri) agar lebih memaksimalkan pekerjaan.
·
Kurang memadainya gudang penyimpanan alat dan
bahan. Sehingga peralatan tidak terkontrol dan memudahkan untuk disalah
gunakan. Untuk itu perlu dilakukan penambahan gudang untuk penyimpanan alat dan bahan-bahan
kimia yang lebih maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Widodo, Triono.
2008. Pocket Guide: Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit.
Ciliandra Perkasa Group. Pekanbaru.
Pahan, Iyung.
2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit,
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim. 2007. Pedoman Teknis
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Sinarmas. Agribusiness and Food.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya
Tanaman: Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya. Bandung.
Sunarko. 2008. Kiat Mengatasi
Permasalahan Praktis: Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit.
PT.AgroMedia Pustaka. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta PT.Panca Surya Garden
Lampiran
2.
Point A |
Panjang pelepah |
Point C
|
Point B |
(
Tempat pengukuran tebal dan lebar petiole )
|
( Tempat pengambilan daun )
|
Sumber
:. Berdasarkan IK-RND-MNS-2/1-0/01-01-2008 First Resources Limited.
Lampiran
3 PT. PANCA SURYA GARDEN
FORMULIR
ANALISA TANDAN KELAPA SAWIT
1.
Analisa
Fisika
|
Satuan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Tanggal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No Trial
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Plot/Row
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No Pohon
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berat Tandan
|
Kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Brondolan Lepas
|
Biji
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jenis Buah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berat Batang Tandan/Stalk (BBT)
|
Kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berat Spikelet (BS)
|
Kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Spikelet
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Berat
Buah Fertil (BBF)
|
Kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Luar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berat
|
Kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Biji
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Dalam
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berat
|
Kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Biji
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Berat
Buah Partenokarpi (BBP)
|
G
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Luar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berat
|
g
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Biji
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Dalam
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisa
Fisika
|
Satuan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
Berat
|
g
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Biji
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
Bunga
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berat
|
g
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lampiran
4
GAMBAR
KEGIATAN PRAKERIN
PEMBIBITAN
A.
Pelangsiran
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
jacq) dari Hyplug ke Main Nursery
B. Membuat Lubang Tempat Tumbuh Bibit Sawit Pada Saat
di Main Nursery
C. Pengambilan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) dari media
tanam Hyplug ke Polybag.
D. Pemberian Pupuk pada Media Polybag
E. Memasukkan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) ke dalam
Polybag.
F. Memadatkan tanah disekitar bibit agar ibit dapat
berdiri tegak
G. Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) siap di pindahkan ke Pembibitan Utama
ANALISA TANDAN BUAH KELAPA SAWIT
A.
Pemanenan
tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) untuk di Analisa.
A.
Tandan
buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq) pada saat akan dianalisa.
B.
Tandan
buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq) pada saat di lakukan coping
C.
Bonggol
tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) setelah di lakukan coping.
D.
Spikelet
tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq)
E.
Penimbangan
spikelet.
F.
Pemberian
hormon pada spikelet
G.
Melepaskan
brondolan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq) dari spikeletnya.
H.
Biji
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
telah siap dikirim ke laboratorium untuk dianalisa secara kimia.
PERSIAPAN PEMBUATAN PLOT PERCOBAAN
A.
Mempersiapkan
cat
B.
Pemasangan
patok plot percobaan
APLIKASI PERCOBAAN PUPUK ECOCITY
APLIKASI PERCOBAAN
PUPUK AGRINOS
PENGAMBILAN SAMPEL DAUN
PENGGUNAAN GPS
APLIKASI TANDAN KOSONG PADA POKOK
SAWIT
A.
Pelangsiran
tandan kosong dari tumpukan tandan kosong ke piringan Kelapa Sawit (Elaeis gunensis)
PENGUNTILAN PUPUK
Hasil untilan pupuk
PENGUTIPAN LARVA HAMA KUMBANG (Oryctes rhinoceros)
Bentuk larva Kumbang (Oryctes rhinoceros)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar