Rabu, 01 Oktober 2014



BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG DILAKSANAKAN PRAKERIN
Praktek Kerja Industri merupakan bagian dari proses pendidikan yang berhubungan erat dengan kompetensi siswa secara utuh, pengembangan dan peningkatan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kegiatan PRAKERIN ini menjadi  integral dari kurikulum Sekolah, dan menjadi syarat bagi setiap siswa untuk dapat mengikuti ujian akhir.
           
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Praktek Kerja Industri bertujuan agar siswa memiliki jiwa semangat dalam berwirausaha serta mempunyai kompetensi mengelola suatu usaha di bidang pertanian secara professional dengan memperhatikan situasi dan potensi wilayah.

2. Tujuan khusus
a. Memantapkan dan mengembangkan wawasan dan kompetensi siswa dalam bidang pertanian yang dalam hal ini yaitu berkebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)  berorientasi Agribisnis dengan di landasi sikap mental, disiplin, kerjasama dan tanggung jawab yang tinggi.
b. Melatih siswa untuk melakukan kegiatan di unit usaha tani di dunia industri yang berhasil dalam pengelolaannya.
c. Untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pertanian yang telah penyusun peroleh sejak semester I sampai III
d. Untuk menumbuhkan semangat kerja dan berkarya dalam diri siswa-siswi PRAKERIN.
e. Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan serta kewirausahaan dan kemandirian yang kuat.
C. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang di hadapi penyusun baik di lapangan maupun secara teori, yaitu: (1) Diperlukan pengolahan yang berat dalam mengolah areal tanah sehingga mengakibatkan biaya yang tinggi, (2) Tanah berporositas tinggi sehingga pada saat pemupukan tanah tidak mampu memikat unsur hara yang ditambahkan dan tidak mampu menyerap air dengan baik, (3) Sedikitnnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah sehingga membutuhkan unsur hara yang banyak dan membutuhkan biaya yang tinggi, (4) Rotasi kerja yang berubah-ubah sehingga mengakibatkan pekerjaan tidak tuntas (5) kondisi cuaca setempat yang tidak bisa diduga sehingga pengambilan KCD (Kesatuan Contoh Daun) tertunda, (6) kurangnya perhatian terhadap peralatan yang mendukung keselamatan kerja, (7) Perlu penelitian lebih dalam tentang pengendalian hama secara terpadu  khususnya hama kumbang (Oryctes rhinoceros), (8) Dibutuhkan penelitian lebih dalam untuk mengatasi penyakit tajuk (Crown deasease).

D. WAKTU DAN TEMPAT
Penyusun melaksanakan Praktek Kerja Industri yang bertempat di Divisi Research and Development PT. Panca Surya Garden First Resources, Kampar – RIAU. Kegiatan ini di mulai pada tanggal 20 Desember 2011 s/d  03 Mei 2012 dengan bidang keahlian tanaman Agribisnis Tanaman Perkebunan.









BAB II
 FIRST RESOURCES GROUP

A. SEJARAH SINGKAT PT.PANCA SURYA GARDEN
Pada bulan September 2008, Perusahaan membeli 95 % saham di PT. Panca Surya Garden  (PT. PSG). PT. Aset PSG terdiri terutama dari 366 hektar tanah yang terletak di provinsi Riau Sumatra Indonesia. Pada bulan Agustus 2008, perusahaan mengakuisisi 95,0 % saham PT. Borneo Ketapang Permai dan anak perusahaan (PT BKP kelompok). PT BKP kelompok telah mengeluarkan izin untuk sebuah bank tanah keseluruhan sekitar 91,940 hektar, dimana 573 hektar telah ditanami dengan kelapa sawit (Tanaman Belum Menghasilkan) pada tanggal 31 Desember 2008.

B. VISI, MISI DAN PANCASILA FIRST RESOURCES GROUP
            VISI PERUSAHAAN
Menjadi perusahaan perkebunan dan industri pengolahan
kelapa sawit terpadu berwawasan kelestarian lingkungan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan nilai
perusahaan dalam kegiatan usahanya.
MISI PERUSAHAAN
1. Menciptakan produk yang bermutu dan ramah lingkungan.
2. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan
melalui Tata Kelola Perusahaan yang baik.
3. Membentuk Sumber Daya Manusia yang memiliki
kompetensi.
4. Menempatkan pihak terkait sebagai Mitra Kerja yang saling
memperkuat dan menguntungkan
            PANCASILA FIRST RESOURCES
1.      LOYALITAS
Tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan perusahaan; selalu membela kepentingan perusahaan.
2.      INTEGRITAS
Menjunjung tinggi kejujuran dalam bekerja; tidak menyembunyikan masalah; tidak menerima suap;focus kepada etika kerja.
3.      KERJA KERAS
Tidak memilih-milih/menolak pekerjaan yang diberikan;selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu;focus kepada hasil.
4.      PANTANG MENYERAH
Berfikir kreatif dalam mencari solusi; tidak ada yang tidak mungkin; focus kepada solusi/proses.
5.      KEPEDULIAN (CARE)
Perusahaan melalui perangkatnya selalu memperhatikan kesejahteraan karyawannya baik melalui komunikasi terbuka, bimbingan, pengembangan karir maupun kompensasi yang kompetitif sesuai dengan kontribusi masing-masing.

C. TUJUAN PT.PANCA SURYA GARDEN
Memberikan suport pada kebun di bawah naungan First Resources.
  1. Meningkatkan CPO (crude palm oil) per hektar.
  2. Menyelesaikan permasalahan hama penyakit dan nutrisi pada tanaman.
  3. Menghasilkan kecambah  yang akan di suplay untuk kebun di bawah naungan First Resources.

D.. STRUKTUR PT.PANCA SURYA GARDEN







BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.

B. Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad ke-16) dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia pun masih sederhana.

Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut :
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Subkelas : Angiospermae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Ordo : Monocotyledonae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies :          1. E. guineensis Jacg
                        2. E. oleifera ( H.B.K) Cortes
                        3. E. odora
C. Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan:
1.      Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35-50% terhadap buah dan daging biji lebih besar dengan kandungan minyak yang sedikit.
 Gambar.1 Buah kelapa sawit varietas Dura.
2.      Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura dan daging biji sangat tipis.
Gambar 2. Buah kelapa sawit varietas Pisifera
3.      Tenera
Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas Dura dengan Pisifera. Oleh karena itu sifatnya adalah gabungan antara keduanya, yaitu cangkang sudah menipis dan daging buahnya tebal. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini.
Gambar 3. Buah kelapa sawit varietas Tenera.
Kriteria yang membedakan varietas Dura, Pisifera, dan Tenera dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini:
Tabel 1. Kriteria yang membedakan Dura, Pisifera, dan Tenera.
Varietas
Varietas Cangkang
(mm)
Pericarp

(mm)
Cangkang

(mm)
Mesocarp

(%/buah)

Inti
(%/buah)

%/
buah
Dura
2
52
625
50/20
65/4
20
Psipera
5
10
92
97/3
8

Tenera
1
2,53
103
20/60
90/3
15

Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yang terkenal. Varietas-varietas tersebut adalah ::
a. Nigrescens yaitu buah berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) sesudah matang.
b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda, menjadi merah kuning sesudah matang.
c. Albescens yaitu buah muda warna kuning pucat tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.
     Bentuk yang dipakai pada pertanaman komersial adalah nigrescens, sedangkan bentuk lainnya dipakai dalam program penelitian. Baik dalam produksi maupun dalam kualitas, varietas nigrescens adalah yang terbaik .

E. Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kelapa sawit merupakan tanaman yang nyata memperlihatkan deferensiasi dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang dan daun, sedangkan bagian lain dipandang sebagai jelmaan salah satu atau dua bagian pokok yang telah mengalami metamorfosa (berganti bentuk, sifat dan mungkin juga fungsinya bagi tanaman) dianggap sebagai penjelmaan dari batang dan daun seperti kuncup, bunga dan duri.
1.      Akar ( Radix )
Akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang panjang nya mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan unsure hara dari media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang ada pada endosperm. Cadangan makanan telah habis pada endosperm ditandai dengan lepasnya biji. Dari akar primer ini tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal yang kemudian tumbuh akar tertier dan kwarter yang berada dekat pada permukaan tanah, akar inilah yang paling aktif mengambil unsure hara dan air dari tanah, akar – akar tersebut berada pada 2 – 2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan dan merupakan daerah sebaran pupuk, serta terdapat pada kedalaman 0 – 20 cm.
2.      Batang ( Caulis)
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi ) dibungkus oleh pelepah daun (Frond base). Berbentuk silendris berdiameter 45 - 60 cm pada tanaman dewasa, bagian bawah yang membesar disebut bongkol batang (bowl). Karena sifatnya yang phototropi dan heliotrope maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter batang akan lebih kecil.
Kecepatan pertumbuhan batang dipengaruhi oleh pupuk yang diberikan , umur, iklim, kerapatan tanam dll. Tinggi atau rendahnya tanaman tidak mencerminkan produksi karena tidak ada diperoleh korelasinnya. Biasanya kecepatan tumbuh 35 – 75 cm / tahun sampai tanaman bh yang belierumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Pada umur 25 tahun tinggi batang mencapai 13 -18 m.
Gambar 4. Batang kelapa sawit
3.      Daun ( Folium )
Daun (Folium) pertama yang keluar pada staid bibit adalah berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit berumur 5 bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Pada umur 12 bulan akan ada 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinate.
Daun kelapa sawit memiliki rumus 1/8 atau 3/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun bergantung umur tanaman. Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20 – 30 kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi 18- 25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman dewasa. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dapat dijumpai 40- 50 pelepah. Luas permukaan daun sering dipakai untuk tujuan pengamatan pertumbuhan dengan rumus.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa ynag berumur 10 tahun atau lebih. Untuk mencapai produksi yang baik maka luas permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 bergantung kepada persilangannya. Tanaman kelapa sawit daunnya terbentuk didekat titik tumbuh yang biasanya akan tumbuh 2 lembar daun setiap bulan. Dimana pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 1350.
4.      Bunga ( Flos )
Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan . tetapi baru ekonomis untuk dipanan pada umur 2,5 tahun.Dari setiap ketiak daun keluar satu tandan bunga jantan atau betina. Pada tanaman muda sering dijumpai bunga abnormal atau bunga banci ( hermaprodit ) yaitu bunga yang memiliki dua alat kelamin. Bunga andromorfik yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi bada sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil. Disamping itu dijumpai buah parthenocarpi yaitu stigma yang tidak sempurna penyerbukannya sehigga buah yang terbentuk layu dan gugur. Persentase bunga abnormal sangat kecil yaitu kurang dari 1 bunga setiap pokok dan tidak setiap pokok.
Sex Diferensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum antesis dan setelah antesis membutuhkan waktu 5 – 6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak daun yaitu 7 – 8 bulan sebelum matang atau 1 – 2 bulan sebelum anthesis.
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15 – 30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memilioki 100 – 200 spikelet dan setiap spikelet 15 – 20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun.
Tandan bunga jantan juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-200 spikelet yang panjangnya 10 20 cm dan berdiameter 1 – 1,5 cm. Tiap spikelet berisi 500-1500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya, tandan bunga yang sedang anthesis berbau tajam ( Khas ). Tiap tandan bunga jantan akan menghasilakan tepung sari sebanyak 40-60 gram. Pada tanaman muda jumlah tandan bunga jantan lebuh sedikit dibandingkan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai dengan penambahan umur tanaman.
Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang hasil pengamatan di Marihat menunjukkan hasil sebagai berikut:


a.            Daging Buah ( Mesocarpium )
Sampai tiga bulan setelah Antesis warnanya masih putih-kekuningan, menunjukkan bahwa masih terdiri dari air, serat, dan klorofil dan minyak belum terbentuk
b.            Cangkang atau Tempurung
Sebualan sesudah penyerbukan cangkang telah terbentuk meski sangat tipis dan lembut. Pengerasan berlangsung terus dan pada umur 3 bulan sudah mengeras, warna berubah dari putih menjadi coklat muda.
c.              Inti ( Endocarpium atau Nukleus seminis)
Pada imur dua bulan terjadi perubahan dari cair menjadi agar-agar dan pada umur tiga bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras.
d.             Lembaga ( Embrio )
Sampai 3 bulan belum kelihatan dengan mata. Selanjutnya akan tampak seperti titik putih sepanjang 1,5 mm yang dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan setelah mencapai 3mm dan terbentuk bagian berwarna kuning dan putih. Pada umur 3,5 bulan panjangnya mencapai 3,5 mm.
5.      Buah ( Fructus )
Berat satu buah yang sudah matang tergantung juga pada tipe induknya yaitu antara 13 – 30 gram dengan panjang buah 5 cm.
Kematangan buah kelapa sawit dibedakan menjadi, matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak sudah optimal, dan matang Fisiologis adalah kematangan buah yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap tumbuh dan berkembang, biasanya setelah 1 bulan sesudah matang morfologis.
Fraksi tandan yang baik adalah 2 dan 3, tetapi tentu tidak akan diperoleh 100%. Panen dikatakan baik jika dapat mengumpulkan fraksi 2 dan 3 sebanyak 65 %, fraksi 1 Max 20 % dan fraksi 4 Max 15 %.
E. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim dan tanah dan teknik budidaya yang dipakai.
1. Iklim
Faktor-faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi.
2. Curah Hujan
Curah hujan merupakan komponen iklim terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan air laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750 – 3.000 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya 1.300 – 1.500 mm.
3. Temperatur
Temperatur yang optimal 24 – 28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C. Kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari. Pada beberapa daerah seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan sering terjadi pada bulan tertentu penyinaran matahari ini kurang dari 5 jam. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya jalan (becek), sehingga menghambat kegiatan-kegiatan pemeliharaan tanaman.
Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0 – 400 meter. Pada ketinggian yang lebih pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah.
4. Intensitas penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai.
Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya. Di daerah-daerah yang intensitas penyinarannya rendah, misalnya karena pohon-pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktivitas kebun menurun.
5. Angin
Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring.


6. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol dan Alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
a.       Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
b.      Tekstur ringan, dikendaki memiliki pasir 20 - 60%, debu 10 - 40%, liat 20 - 50%.
c.       Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
d.      pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 - 6 namun yang terbaik adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
·         Tanah Andosol sangat baik karena sifat kimia dan fisiknya baik tetapi tidak begitu luas.
·         Tanah Organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri dari bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut dan memiliki pH rendah.
7. Tinggi Tempat dan Topografi
Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 - 400 m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada ketinggian 0 - 200 m. Topografi yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit yaitu berombak-bergelombang, selain itu adanya topografi yang sangat sesuai pada tanaman ini adalah datar-berombak.
G. Pembibitan
1.      Sistem Pembibitan.
Sistem pembibitan yang digunakan adalah sistem 2 tahap, yaitu :
Ø  Pembibitan awal (pre nursery), selama 10-14 minggu.
Ø  Pembibitan utama (main nursery), untuk pertumbuhan lebih lanjut selama 9-10 bulan setelah dipindahkan dari pre nursery.
Urutan kegiatan dalam pembibitan Pre Nursery
·         Pemilihan lokasi
·         Penyiapan bahan tanam
·         Penyiapan media tanam
·         Penanaman
·         Pemupukan
Urutan kegiatan dalam Pembibitan utama Main Nursery
·         Penyiapan media tanam
·         Penanaman bibit
·         Pemupukan
·         Pemeliharaan












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
RISET DAN PENGEMBANGAN
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq)

A. PEMBIBITAN (Nursery)
      Dalam melakukan pembibitan, kita perlu memperhatikan tanggal pengiriman kecambah. Karena tanggal pengiriman harus dijadwalkan dengan tepat pada waktu pemesanan kecambah untuk dapat memastikan persiapan dilapangan. Persiapan lapangan harus dipastikan secara keseluruhan telah siap 3 bulan sebelum jadwal kecambah diterima di kebun.
2.      Sistem Pembibitan.
Sistem pembibitan yang digunakan adalah sistem 2 tahap, yaitu :
Ø  Pembibitan awal (pre nursery), selama 10-14 minggu.
Ø  Pembibitan utama (main nursery), untuk pertumbuhan lebih lanjut selama 9-10 bulan setelah dipindahkan dari pre nursery.

3.      Lokasi Pembibitan.
Lokasi pembibitan harus dipilih dengan beberapa pertimbangan :
a)      Dekat dengan pengawasan
b)      Bebas dari banjir,
c)      Ketersediaan sumber air yang cukup
d)     Areal cukup datar
e)      Terdapat cadangan tanah yang cukup dengan kualitas yang baik untuk pembibitan utama
f)       Kemudahan untuk mendapatkan akses jalan
g)      Ketersediaan media (tanah) yang sesuai,dan
h)      Dekat dengan areal yang direncanakan untuk dibuka.
4.      Pelaksanaan Pembibitan
Pre Nursery.
a.      HyPlug-VS 225ml
Latar Belakang
Perkembangan perkebunan kelapa sawit (Elaeis gueneensis Jacq.)  saat ini sangat pesat, seiring perkembangan tersebut dibutuhkan banyak hal dan harus efisien, seperti efisen tenaga kerja dan waktu sehingga bisa mempercepat pengembangan perkebunan sawit dan mengurangi biaya. Pada pembibitan kelapa sawit ke-efisienan tersebut sangat di tekankan untuk percepatan suplay bibit ke perkebunan, salah satu hal yang bisa membantu efisen tenaga kerja dan waktu adalah metode atau wadah media tanam untuk pertumbuhan benih/bibit kelapa sawit, sehingga sangat diperlukan pemilihan wadah media tanam untuk menunjang ke-efisienan tersebut.
Ukuran HyPlug yang digunakan HyPlug-VS 225 ml sama dengan penggunaan polybag.
 Gambar 5 HyPlug yang digunakan pada Pre Nursery.
Langkah-langkah pengisian di media HyPlug :
·         Persiapan media tanam
Media yang digunakan yaitu tanah (top soil), dan diayak menggunakan ayakan ukuran 1cm x 1cm, selanjutnya di campur dengan pupuk RPH dengan dosis 20 gr RP/polybag.
·         Pengisian Tanah (Polybag dan HyPlug)
Tanah yang sudah dicampur dengan pupuk RPH dimasukkan dalam polybag dan HyPlug kemudian dipadatkan dengan cara menguncang dan ketinggian tanah 1cm dari bibir polybag/HyPlug 1 minggu sebelum penanaman.(sumber: Riset dan Pengembangan).

Perawatan
a.       Pengendalian Gulma
      Pengendalian gulma didalam atau diluar Polybag/HyPlug dilakukan dengan cara manual (mencabut).  Pengendalian gulma diluar polybag dilakukan dengan herbisida kontak antara lain parakuat dengan rotasi 1 bulan sekali dan dapat dikurangi jika pelepah bibit telah menutupi permukaan tanah. Untuk menigkatkan efektifitas penyemprotan dapat ditambahkan bahan perekat.
     Ujung pipa alat semprot dipasanggi sungkup bulat terbuat dari plastic agar herbisida tidak mengenai bibitm . alat semprot tidak boleh bocor , pekerja semprot harus diawasi dengan ketat , terlatih dan mengunakan pelindung sesuai dengan yang dianjurkan dilabel kemasan produk herbisida.

b.      Perlakuan Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman dengan jelas pupuk yang digunakan.
·         Pemupukan NPK biasa dan NPK P terlarut dilakukan dengan cara menyemprot dengan dosis 9,4 gram dalam 1 liter air dan 45 ml untuk tiap bibit, pemupukan dimulai 1 bulan setelah tanam dengan frekuensi penyemprotan 4 kali dalam sebulan (setiap minggu).
·         Pemupukan NPK + TSP dilakukan secara terpisah. Dosis untuk NPK sama dengan NPK biasa sedangkan dosis TSP yaitu 3,08 gram dalam 1 liter air dan 45 ml untuk tiap bibit, pemupukan dimulai 1 bulan setelah tanam dengan frekuensi 4 kali penyemprotan (setiap minggu).
·         Pemupukan Agroblen dan Miester MX dilakukan sebelum penanaman dengan cara menaburkan untuk yang menggunakan polybag sedangkan untuk yang menggunakan hyplug, agroblen dan Miester MX terlebih dahulu diaduk sampai rata dengan dosis 5 gram per polybag/hyplug.
Seleksi
Sebelum dipindahkan ke pembibitan utama bibit diseleksi dengan kriteria sebagai berikut:
Bibit tidak normal (Afkir), yaitu bibit dengan ciri-ciri :
a. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (norrrow leaves)
b. Pertumbuhan berputar (twisted)
c. Pertumbuhan kerdil (dwarfesh)
d. Anak daun menggulung (rolled leaves)
e. Pertumbuhan memanjang/tegak (erected)
f. Anak daun kusut (crinkled)
g. Ujung daun membulat seperti mangkuk (collante).
        
·         Gambar 6: Jenis Bibit Abnormal pada Tahap Pre Nursery

Main nursery
1.       Polybag
·         Polybag yang digunakan terbuat dari poly-ethylene, tahan lapuk, berwarna hitam ketebalan 0,50 mm dengan 4 baris lubang drainase. Dalam keadaan diratakan polybag tersebut berukuran panjang 50 cm x lebar 40 cm (dapat menampung media 18 – 20 kg).
·         Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag adalah tanah mineral yang gembur dengan komposisi tekstur pasir tidak melebihi dari 60%. Pada lokasi areal gambut diusahkan media yang digunakan tanah mineral, namun demikian pada kondisi tertentu media gambut dapat digunakan dengan mendapatkan perlakuan khusus dalam pemupukan.
·         Pengisian tanah di polybag harus dipersiapkan 1 bulan sebelum bibit dilakukan pemindahan.
·         Sebelum polybag diisi tanah terlebih dahulu tanah dicampur dengan pupuk RPH dengan dosis 75 gr RP/polybag.
·         Penyusunan polybag digunakan bentuk segitiga dengan jarak 90 cm antara polybag dan 90 cm antar baris. Dengan ukuran tersebut akan diperoleh sebanyak 12.000 bibit untuk setiap hektar.

2.      Penanaman Bibit
·         Sebelum bibit ditanam polybag harus dibuat lubang dengan ukuran sedalam HyPlug menggunakan alat pelubang yang telah dipersiapkan.

Gambar : Pemindahan Pre Nursery (PN) ke Main Nursery (MN)

·         Wadah Hyplug dilepaskan dengan cara dipukul bagian alas hyplug dan di tarik secara perlahan-lahan.
·         Masukkan kedalam polybag secara perlahan-lahan dan hati-hati untuk menghindari putusnya perakaran pada saat pemindahan ke polybag.
·         Dilakukan penekanan tanah pada polybag agar dapat berdiri dengan tegak dan kokoh.
Gambar 7: Penekanan tanah pada polybag.

B. PEMUPUKAN
1.      LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil penelitian telah ditemukan bahwa tanaman membutuhkan 17 jenis element nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Ke 17 jenis nutrisi ini disebut nutrisi esensial. Secara sederhana nutrisi esensial memiliki pengertian nutrisi yang memiliki fungsi didalam tanaman dan apabila tidak dipenuhi akan menghambat pertumbuhan dari tanaman itu sendiri dan bahkan dapat menyebabkan efek mematikan pada tanaman. Ke 17. Nutrisi esensial tersebut adalah C, H, O, N, P, K, S, Ca, Mg, Ni, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B. 17 jenis nutrisi esensial tersebut telah memenuhi ke 4 jenis syarat berikut.
a.       Tanaman tidak dapat melengkapi/menyempurnakan siklus hidupnya tanpa nutrisi tersebut ( tumbuh dari benih harus menghasilkan benih baru juga).
b.  Fungsi nutrisi tersebut tidak dapat digantikan oleh nutrisi yang lain.
c.  Nutrisi harus dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan reproduksi tanaman.
d.  Kebanyakan tanaman membutuhkan nutrisi ini agar dapat tumbuh dengan survive.
Nutrisi pada tanaman dapat dibedakan menjadi nutrisi makro dan nutrisi mikro.Nutrisi makro merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak sedangkan nutrisi mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Menurut Davidescu batas nutrisi makro dan mikro adalah 0.02%. Nutrisi yang jumlahnya lebih dari 0.02% dalam tanaman digolongkan pada nutrisi makro dan sebaliknya. Jenis nutrisi makro dan mikro pada tanaman seperti yang terdapat pada table 3 berikut:
Tabel 3 jenis makro dan mikro pada tanaman Kelapa Sawit
GOLONGAN

ESENSIAL

NON- ESENSIAL

Utama

Kedua

Menaikkan produksi

Tidak menaikkan produksi

MAKRO

N, P, K

Ca, Mg, S

Na

Si, V

MIKRO

Fe, Mn, Zn, B, Cu

Mo, Ni, Cl

Al, I

Ar, Ba, Be, Bi, Br, Cr, F, Li, Pb, Rb, Pt, Sr, Se


2.      JENIS-JENIS PUPUK
Berdasarkan bahan pembuatnya pupuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk majemuk dan pupuk tunggal merupakan klasifikasi pupuk berdasarkan banyaknya jenis kandungan nutrisinya. Berdasarkan jumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, pupuk dapat dibagi menjadi pupuk makro dan pupuk mikro.

a.      Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia dan merupakan buatan pabrik. Pupuk anorganik mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Mudah larut dalam air sehingga kandungan nutrisinya mudah diserap oleh tanaman.Pemberian pupuk anorganik dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Karena aplikasinya mudah dan tersedia banyak dipasaran, pupuk ini paling banyak diminati. Contoh pupuk anorganik adalah Urea, TSP, Kieserit dan KCL.

b.      Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan kotoran hewan. Dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik mempunyai kandungan nutrisi yang lebih rendah tetapi kandungan komposisi nutrisinya lebih lengkap. Keunggulan pupuk organik yang paling penting antara lain pupuk ini dapat memperbaiki struktur tanah, membuat tanah lebih remah dan lebih gembur. Bahan organik merupakan makanan bagi jasad renik dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan didalam tanah.Bahan organik dapat membuat daya serap tanah terhadap air meningkat, mengikat air lebih banyak dan lebih lama sehingga ketersediaan air didalam tanah dapat lebih bertahan lama. Pupuk organik yang biasa digunakan untuk perkebunan kelapa sawit pada umumnya berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu :

·        Janjangan kosong
Tandan kosong kelapa sawit adalah salah satu produk sampingan (by-product) berupa padatan dari industri pengolahan kelapa sawit.  Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit cukup signifikan bila ditinjau berdasarkan rerata nisbah produksi tandan kosong kelapa sawit terhadap total jumlah tandan buah segar TBS yang diproses.  Rerata produksi tandan kosong kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total berat tandan buah segar yang diproses di Pabrik Kelapa Sawit. Hasil analisa terhadap rerata kandungan nutrisi yang terdapat di dalam tandan kosong kelapa sawit terutama unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium, dan Magnesium memberikan peluang dan potensi sebagai bahan pengganti sumber nutrisi bagi tanaman kelapa sawit.  Berdasarkan potensi kandungan nutrisi yang ada maka aplikasi tandan kosong kelapa sawit dapat dilakukan untuk menekan pemakaian pupuk kimia atau pupuk pabrikan seperti pupuk Urea, TSP atau RP, MOP atau KCl, dan Kieserit.  Selain sebagai pengganti sumber nutrisi, aplikasi tandan kosong kelapa sawit juga dapat dikategorikan sebagai salah satu tindakan dalam implementasi pengelolaan lingkungan melalui program Produksi Bersih (Cleaner Production).
Aplikasi tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber nutrisi bagi tanaman kelapa sawit yang menggantikan peranan pupuk anorganik dapat dikategorikan sebagai fungsi secara kimia.  Namun aplikasi tandan kosong kelapa sawit juga dapat dikategorikan dari aspek fisik.  Salah satu aspek fisik penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa sawit untuk menyerap dan menahan air, sehingga diharapkan dapat mempertahankan kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya.  Terutama dengan memperhatikan penempatan tandan kosong yang tepat.

3.      STRUKTUR FISIK TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
Secara fisik tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi antara lain sellulosa sekitar 45.95%; hemisellulosa sekitar 16.49% dan lignin sekitar 22.84% (Darnoko dkk. 2002).  Berdasarkan struktur tersebut dapat dibayangkan bahwa sebenarnya tandan kosong kelapa sawit adalah kumpulan jutaan serat organik yang memiliki kemampuan dalam menahan air yang ada di sekitarnya.  Secara fisik struktur tersebut akan mengalami proses dekomposisi dan degradasi bahan organik sehingga akan mengalami perubahan struktur menjadi seresah.  Seresah juga mempunyai fungsi dan peranan yang sama dengan tandan kosong kosong kelapa sawit yaitu mampu mempertahankan air yang ada di sekitarnya.
 
·          Abu Janjang
Abu janjang merupakan hasil pengabuan secara perlahan janjangan kosong didalam incinerator di pabrik kelapa sawit. Produksi abu janjang sekitar 0,45% dari total TBS yang diolah. Abu janjang dapat digunakan sebagai pupuk pengganti unsur K, terutama dilahan gambut. 1Kg abu janjang setara dengan dengan 0,6 Kg MOP. Kandungan nutrisi abu janjang antara lain 4% P2O5, 40% K2O, 6% MgO dan 5% CaO. Abu janjang sangat higroskopis dan mempunyai pH 12.Nutrisi yang terkandung didalamnya sangat mudah larut, sehingga harus cepat diaplikasikan.Penyimpanan sebaiknya dilakukan didalam plastik dan bukan didalam karung.
·          Pelepah Kelapa Sawit
Pelepah kelapa sawit juga mempunyai kandungan nutrisi walaupun dalam jumlah kecil. Setiap pelepah kelapa sawit yang terpotong mempunyai kandungan 125 Kg N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O dan 25 Kg MgO dalam tiap hektarnya selama setahun. Kandungan nutrisinya dalam persen adalah 0,5% N, 0,1% P2O5, 0,8% K2O dan 0,1% MgO. Susunan pelepah yang rapi dan berbentuk L pada lahan datar akan merangsang pertumbuhan akar serabut pada tumpukan pelepah tersebut.

·      Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis kandungan nutrisi.Umumnya nutrisi yang dikandungnya hanya unsur makro atau unsur mikro saja. Contoh pupuk majemuk antara lain pupuk mutiara 16-16-16 yang berarti mengandung 16% nitrogen, 16 % Fosfor dan 16 % Kalium. Saat ini komposisi kandungan nutrisi pupuk majemuk cendrung lebih spesifik sesuai dengan komoditi tanaman. Sebagai contoh pupuk NPK 44 dengan komposisi nutrisi 12-6-22-3 mengandung 12% Nitogen, 6% Fosfor, 22% Kalium dan 3% Magnesium. Pupuk NPK 44 ini memang sengaja dibuat dan dikhususkan untuk komoditas tanaman kelapa sawit.Bahkan untuk sekala besar, pihak perkebunan biasanya lebih menyukai memesan pupuk majemuk ini langsung ke pabriknya sesuai dengan komposisi nutrisi yang diinginkan. Pemesanan pupuk majemuk dengan komposisi yang diinginkan tentunya akan menguntungkan pihak perkebunan, karena frekuensi aplikasi pupuk dilapangan dapat dikurangi dibandingkan dengan memakai pupuk tunggal.

·      Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal merupakan pupuk yang mengandung satu jenis nutrisi saja. Pupuk ini biasanya tergolong pupuk anorganik. Pupuk tunggal dapat hanya mengandung satu jenis nutrisi makro atau satu jenis nutrisi mikro saja. Contoh pupuk tunggal yang mengandung satu jenis nutrisi makro saja seperti pupuk Urea dan ZA yang mengandung nutrisi nitrogen saja. Pupuk KCL dan ZK hanya mengandung nutrisi kalium saja.
·      Pupuk Makro
Pupuk yang mengandung nutrisi makro disebut dengan pupuk makro. Nutrisi makro adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Davidescu & Davidescu (1988) mengusulkan bahwa batas perbedaan nutrisi makro dan mirkro adalah 0,02% didalam tanaman. Apabila didalam tanaman terdapat kandungan nutrisi tertentu diatas 0,02% maka nutrisi tersebut digolongkan sebagai nutrisi makro.
Golongan nutrisi esensial makro utama adalah N, P dan K sedangkan golongan nutrisi esensial kedua adalah Ca, Mg dan S.

·      Pupuk Mikro
Pupuk mikro merupakan pupuk yang mengandung nutrisi mikro. Nutrisi mikro adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil bukan berarti nutrisi ini tidak dibutuhkan. Pada tanaman kelapa sawit kekurangan nutrisi Fe dapat menurunkan produksi yang sangat signikfikan dan bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.

C. PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN
PENGENDALIAN HAMA DAN GULMA
 PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dianjurkan mengunakan metode pengendalian Hama Secara Terpadu (PHT) yaitu pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami, pengendalian secara manual dan aplikasi insektisida yang ramah lingkungan.
Strategi dan kebijakan pengendalian ke depan harus memenuhi persyaratan :
a.    Dapat melestarikan keseimbangan alami yang berdampak positif terhadap lingkungan.
b.    Dapat mempertahankan potensi produksi secara kualitas dan kuantitas.

1.      HAMA
a.        Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis yaitu pengendalian hama dengan mengunakan musuh alami dari hama itu sendiri, yang biasa dilakukan yaitu dengan menanam tanaman tempat berkembang biaknya musuh alami ulat pemakan daun kelapa sawit, contohya tanaman Turnera subulata yang bisa di tempati predator ulat pemakan daun kelapa sawit yaitu.
       Turnera subulata
·         Predator Pemangsa (UPDKS) (Sycanus, sp)
·         Parasitoit (Spanaria spinatot)
Karena adanya predator dan parasitoid ini bertujuan agar ulat pemakan daun kelapa sawit ini mati dan tidak mampu berkembang biak dalam sekala besar.

b.        Pengendalian secara khemis
Pengendalian secara khemis yaitu pengendalian (UPDKS ) ulat pemakan daun kelapa sawit dengan mengunakan bahan kimia dan alat yang di gunakan khusus, namun biasanya hanya dilakukan di areal perusahaan dan kebun yang sangat luas karena biaya yang cukup mahal dan resiko yang besar yang mampu merugikan bagi lingkungan di sekitarya maka dari itu pengendalian ini harus di lakukan dengan berhati-hati.
Pengendaliaan ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) yaitu mengunakan mesin MIST BLOWER, mesin  ini di gunakan untuk menyemprotkan insektisida yang telah dicampur dengan air lalu disemprotkan ke daun kelapa sawit yang terserang hama ulat pemakan daun  kelapa sawit, dengan nama bahan aktif yang biasa pakai SUPERMETRIN dengan perbandingan insektisida dan air yaitu 25 gram/liter, aplikasi di lakukan langsung kepada tanaman kelapa sawit yang terkena hama ulat pemakan daun kelapa sawit
                 Mist blower
Kendala yang di hadapi dari penggunaan mesin ini adalah, selain harganya mahal dapat membunuh musuh alami hama, mesin penyemprot ini hanya mampu di gunakan pada tanaman kelapa sawit yang masih rendah atau masih terjangkau untuk di  semprot pada bagian daun yang terserang hama ulat pemakan daun kelapa sawit, yang umur tanaman maksimal 5 tahun

c.         Pengendalian secara manual
  • Pada saat stadia pupa untuk UPDKS yang pupanya di daun dan di ketiak daun seperti ulat api (Stora nitens), yaitu dengan pengutipan pupa yang ada pada piringan tanaman kelapa sawit pengutipan dilakukan pada setiap umur tanaman untuk UPDKS yang pupanya di tanah.
  •  Pada saat ulat berubah menjadi kupu-kupu untuk memutuskan siklus hidup UPDKS yaitu dengan mengunakan Light Trap, yaitu perangkap cahaya lampu, mengunakan lampu petromak dan ember plastik yang diisi air deterjen, perangkap ini digunakan pada Pukul 18.00 – 23.00 dan dilakukan terus menerus pada areal serangga selama 7 malam (sesuai dengan umur kupu-kupu ) pada pada saat ulat menjadi kupu-kupu Light.
2.      GULMA
            Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi pesaing bagi tanaman utama (kelapa sawit), sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena merugikan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit serta dapat mengganggu kalancaran aktifitas lainnya.
            Gulma terdiri dari kelompok yaitu gulma rumput-rumputan, gulma berdaun lebar, gulma berkayu dan gulma lainnya. Cara menerapkan pengendalian gulma terpadu (Integrated Weed Management) dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian, meliputi cara kultur teknik, tindakan preventif, biologis, dan kimiawi.
a.        Pengendalian gulma
Standar dan tindakan pengendalian gulma dimulai dari awal penanaman di TBM adalah sebagai berikut :
·        Dilakukan pembersihan piringan sampai 30 cm diluar batas kanopi atau sampai maksimal 180 cm dari pangkal pohon kelapa sawit, sedangkan jalan rintis dibersihkan selebar + 1,2m dilakukan setelah tanaman berumur > 6 bulan .
·        Pengendalian secara preventif dan kultur teknis : dilakukan dengan penanaman dan perawatan kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma.
Pengendalian secara biologis :
·        Kacangan berfungsi sebagai pengendalian biologis melalui persaingan hidup
·        Mengembangkan agensia pengendali gulma hayati seperti :
Pareuchaetes pseudoinsulata dan cecidochares connexa untuk mengendalikan chromolaena odorata,actionote anteas untuk mengendalikan gulma putihan dan Mikania spp.
Pelestarian tanaman berguna untuk :
·         Beberapa jenis tanaman yang berguna sebagai inang imago parasitoid dan predator hama kelapa sawit yang tumbuh dilapangan perlu dilestarikan karena bermanfaat untuk mendukung perkembangan musuh alami hama kelapa sawit dan berfungsi sebagai penutup tanah alami.
Pengendalian secara kimia
            Yaitu pengendalian gulma yang di lakukan mengunakan bahan kimia yang mampu membunuh gulma namun dapat berpengaruh negatif bagi tanaman budidaya dan tanah.. Pengendalian ini biasanya di lakukan untuk mengendalian gulma secara besar, yaitu pengendalian di lakukan di areal kebun dengan mengunakan alat SOLO SPRAIYER yang berfungsi untuk mengaplikasikan bahan kimia yang sudah di campur dengan herbisida bahan kimia, dengan bahan aktif yang biasa di gunakan yaitu GLIFOSATE atau SULFOSATE dengan dosis 4-6 liter/Ha, dengan kebutuhan air 450 -500 liter/Ha, atau sama dengan untuk dosis 1 liter 90-110 cc/liter, yang di aplikasikan disekitar peringan, jalan ritisan dan  ditempat gawangan mati.

D. PENGAMBILAN CONTOH DAUN
Latar Belakang
Produksi kelapa sawit yang maksimal dapat tercapai apabila terpenuhi kebutuhan unsur hara tanaman itu sendiri. Analisa daun merupakan salah satu alat untuk mengetahui kebutuhan tanaman terhadap status unsur hara. Analisa daun yang akurat harus ditunjang dengan system pengambilan daun (LSU/Leaf Sample Unit) yang tepat di lapangan. Ketelitian, kebenaran dan kejujuran mutlak diperlukan dalam pengambilan contoh daun.
Ketepatan dalam melakukan LSU akan memberikan rekomendasi pemupukan yang baik sesuai kebutuhan tanaman. Oleh karena itu pengetahuan tenaga pengamat dan system pengawasan yang benar menjadi mutlak harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pemilihan Unit Areal Untuk LSU

§  LSU adalah unit areal dimana contoh daun diambil untuk dianalisa yang nantinya akan diaplikasi dosis pemupukannya sesuai dengan rekomendasi pada LSU yang bersangkutan.
§  Satu LSU harus mempunyai kondisi yang relative seragam dalam (a) umur tanaman (tahun tanam), (b) tipe tanah, (c) tindakan agronomis, (d) drainase, (e) topografi dan (f) bahan tanaman
§  Apabila dalam 1 LSU terdapat perbedaan kondisi lahan yang jelas, misalnya areal yang curam, rendahan dan keadaan yang ekstrim lainnya maka kondisi tersebut digambarkan dalam peta LSU.

Penentuan Jumlah Pohon

§  Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan system 10 x 10 artinya barisan yang dipilih sebagai barisan LSU adalah setiap kelang 10 baris, sedangkan sebagai pohon contoh diambil setiap kelang 10 pohon. Dengan demikian dalam 1 blok dalam luasan 30-40 ha, akan didapatkan antara 33-34 pohon, atau 1-1,5 % dari total pohon dalam 1 blok.

Pemilihan Pohon Contoh

(a)          Langkah pertama adalah menentukan titik awal sebagai titik di mulainya pelaksanaan LSU. Titik awal di mulai dari arah Barat – Utara (B – U).
(b)         Langkah kedua adalah menentukan pohon yang akan dijadikan pohon pengamatan. Catatan dibawah ini didasarkan pada asumsi luasan tiap LSU 30 ha (blok normal) dan tanaman tidak ditanam dalam system contour, sistem pengambilan 10 x 10 dan titik awal pengambilan B-U. Pengambil LSU menuju baris ke –10, yang merupakan baris pertama dari LSU.
(c)          Pohon pertama sampel yang dipakai sebagai permulaan perhitungan pohon contoh adalah pohon yang terletak pada baris ke–10 masuk menuju  pohon ke –5 dari pinggir blok yang dipilih.
(d)         Pohon sampel nomor 2 adalah kelang 10 pohon dari pohon pertama sampel atau (pohon ke-15), pohon sampel nomor 3 adalah kelang 10 pohon dari pohon sampel kedua atau pohon ke 25.
(e)          Pohon berikutnya : Dihitung setiap kelipatan 10 pohon pada baris yang sama. Apabila telah menembus jalan (selesai) maka bergeser 10 baris kearah selatan dan tetapkan lagi pohon contoh mulai pada pohon ke-5,  demikian seterusnya pengambilan pohon sampel berikutnya kelang 10 pohon hingga selesai mengerjakan 1 blok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar lampiran 1.
(f)          Apabila pohon contoh terpilih tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh LSU maka dilakukan pemindahan pohon didepannya. Pohon contoh selanjutnya dihitung 10 pohon dari pohon yang tidak memenuhi syarat tadi. Ciri-ciri pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh adalah :
·           Pohon yang terletak dipinggir jalan, rel kereta api, sungai parit atau dengan perumahan.
·           Pohon sisipan.
·           Pohon kerdil.
·           Pohon steril.
·           Pohon terserang hama dan penyakit.
·           Pohon yang tumbuh miring ditanah normal (datar).
·           Pohon yang pelepah ke 17 tidak ada (rusak).
·           Pohon abnormal.
(g)         Pohon contoh harus diberi tanda yang jelas dan nomor urut untuk masing-masing LSU karena pohon yang sama akan dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon yang biasa digunakan adalah :
(a)        Tanda panah ke atas (    ) sebagai tanda masuk.
  (b)       Tanda panah ke samping (      ) sebagai tanda perpindahan baris.
(c)        Nomor pohon contoh ditulis angka ( 21 ).
(h)         Apabila pada tahun berikutnya pohon yang dipilih menjadi tidak memenuhi syarat karena mati, atau terserang penyakit maka contoh daun diambil dari pohon didepannya yang memenuhi syarat. (masih dalam barisan LSU).

Memilih Pelepah yang Akan diambil Contoh Daunnya

(a.)    Hasil penelitian membuktikan bahwa pelepah ke – 17 dapat mewakili penentuan kandungan unsur hara tanaman.
(b.)  Pengambilan daun umumnya dimulai pada saat tanaman berumur 3 tahun setelah tanam.
(c.)   Prosedur Pengambilan Contoh daun
(a.)    Menyiapkan peralatan – peralatan LSU seperti :
P  Egrek,
P  Parang,
P  Kuas,
P  Galah,
P  Map LSU,
P  Plastik ukuran 5 kg,
P  Meteran Kain,
P  Cat minyak warna biru,
P  Formulir B
P  Alat tulis
(b)     Tenaga pengambilan contoh daun :
P  Pengambilan daun dilakukan antara pukul 07.00 – 11.00 WIB. Apabila tidak memungkinkan maka pengambilan dapat diperpanjang hingga pukul 12.00 WIB
P  Pengambilan contoh daun tidak boleh dilaksanakan pada hari hujan > 20 mm
P  Apabila CH < 20 mm maka pengambilan contoh daun dapat dilakukan setelah 1 jam hujan berhenti dengan syarat setelah titik hujan tidak terlihat dipermukaan daun yang diambil
P  Penentuan pelepah ke-17 harus dilakukan secara benar dan tepat
P  Pada sampel nomor pohon ganjil (pohon sampel ke-1, 3, 5 dst) dilakukan pengukuran terhadap parameter :
*        Tinggi pohon : Diukur dari duri daun paling bawah pada pelepah ke-17 sampai permukaan tanah. Pengukuran dilakukan pada saat pelepah belum diturunkan. (satuan menggunakan meter)
*        Panjang Pelepah : Diukur dari perbatasan antara duri dan anak daun sampai ujung belahan pelepah (satuan menggunakan meter)
*        Lebar petiole : Diukur secara melintang mulai duri daun sisi kiri ke duri sisi kanan pada daerah perbatasan antara duri dengan anak daun. (satuan dalam centimeter)
*        Tebal petiole : Pangkal pelepah dibelah secara membujur lalu diukur ketebalan pelepah pada posisi duri daun paling bawah. (satuan dalam centimeter)
P  Pada sampel nomor pohon genap (sampel pohon ke- 2,4,6) hanya diukur lebar dan tebal petiole.
ü  Pelepah yang akan diambil contoh daunnya dipotong. Empat helai daun dipotong dari bagian tengah pelepah yaitu , 2 helai daun dari sisi kiri dan 2 helai daun dari sisi kanan. Kedua helai daun dari setiap sisi tersebut berasal dari satu helai yang tumbuh keatas dan 1 helai yang tumbuh kebawah. Pengambilan daun dipastikan tidak salah. Helai daun yang telah diambil di potong 3 bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Bagian tengah  ( + 15 cm) dilepaskan dari lidinya dan daun di masukkan dalam kantong plastik.
ü  Setelah pengambilan pada pohon pertama selesai, dilanjutkan  ke pohon contoh ke-2 dengan prosedur yang sama.
ü  Pengambil contoh daun dan pengawas lapangan harus mencatat dalam formulir B tentang gejala-gejala defisiensi hara pada areal tersebut. Jika memungkinkan kondisi umum areal tersebut dijelaskan juga. Contoh formulir B disajikan pada lampiran 2.
ü  Setelah selesai pengambilan contoh daun dalam plastik diberi label dan dikirim ke kantor besar. Catatan yang harus dibuat pada label diatas adalah sebagai berikut:
Nama kebun                            :
Afdeling                                  :
Rayon                                      :
Blok                                        :
Tahun Tanam                          :
Pelepah Ke                              :
Tanggal pengambilan             :
Nama pengambil                     :
ü  Contoh daun dari lapangan dibersihkan dari debu dengan menggunakan kain/kapas yang bersih selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 70-80 derajat celcius selama 12 jam. Untuk mempercepat pengeringan maka dilakukan pembalikan pada saat pengeringan. Contoh daun yang sudah kering dicirikan dengan mudahnya dilakukan penghancuran melalui remasan tangan.
ü  Hasil contoh daun yang sudah kering segera mungkin dikirim ke laboratorium (bagian Research) untuk dilakukan analisa.

E. ANALISA TANDAN
Pengertian analisa tandan
            Analisa tandan kelapa sawit adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui  komponen-komponen tandan seperti kandungan minyak dan kandungan kernel pada kelapa sawit dan lain-lain.


Tujuan anlisa tandan
     Untuk mengetahui komponen-komponen seperti kandungan minyak dan kandungan karnel serta juga dapat mengetahui seperti berat tandan dan jumlah spikelet dalam 1 tandan.

Alat yang dibutuhkan :
  1. Timbangan duduk 50 kg
  2. Timbangan  2 kg.
  3. Kampak, parang, pisau.
  4. Dodos, egrek
  5. Spidol dan kertas label.
  6. Karung.
  7. Hand spayer.
  8. Angkong atau gerobak.

Bahan yang dibutuhkan :
1.      Buah kelapa sawit yang sudah cukup waktu panen.
2.      Cairan ETHEL yang dicampur dengan air untuk melepaskan berondolan dari setiap spikelet.

Prosedur analisa tandan
1.      Pemilihan Tandan
            Tandan diambil dari tanaman kelapa sawit yang sudah ditentukan dan buah kelapa sawit pada tandan sudah matang (minimal 5 berondolan per tandan yang lepas sebelum panen) karena pada syarat pengambilan tandan minimal 5 berondolan dan maksimal 10 berondolan, apabila berondolan jatuh kurang dari 5 maka pengambilan buah sawit tetap bisa diambil tetapi tingkat kematangan buah belum maksimal dan merata oleh karena itu pengambilan dilakukan dengan syarat berondolan lepas sebanyak 5 berondolan dan tandan/buah harus normal.

2.      Pemanenan Tandan
Panen tandan yang sudah ditentukan, hitung jumlah berondolan yang lepas dari tandan sesudah panen, timbang berat tandan dan berondolan, kemudian masukkan  ke dalam karung. Karung yang berisi tandan harus diberi label dengan keterangan :
Tanggal                              :
No Trial                             :
Plot/Row                           :
No Pohon                          :
Berat Tandan                     :
Jumlah berondolan lepas   :
Identitas pohon dan keterangan yang dibutuhkan harus jelas dan lengkap.

Laboratorium
·         Timbang ulang berat tandan dalam karung yang dibawa dari lapangan, catat berat dan jumlah berondolan yang lepas dari tandan. Data yang terdapat dalam label dari lapangan dicatat kembali pada buku jurnal laboratorium.
·         Potong semua spikelet dari batang tandan di atas meja dan pisahkan berdasarkan posisi pada tandan (atas, tengah, bawah). Catat tipe buah kelapa sawit (dura, pesifera, tenera).
·         Timbang dan catat berat batang tandan (stalk) dan semua spikelet yang sudah dilepas dari batang tandan secara terpisah.
·         Ambil sampel untuk analisa fisika dan analisa kimia
Analisa Fisika
·         Acak semua spikelet yang sudah dilepas dari tandan berdasarkan posisi spikelet pada tandan (atas, tengah, bawah) pada meja. Ambil 4.5 – 5.5 kg sampel spikelet yang sudah diacak. Hitung jumlah spikelet.
·         Beri ETHEL  pada sampel, diamkan 1 malam
·         Lepaskan semua berondolan dari spikelet dengan menggunakan tangan. Hitung dan timbang jumlah buah fertile (luar dan dalam), partenokarpi (luar dan dalam) dan spikelet kosong secara terpisah.

Analisa Kimia
·         Ambil 20 spikelet dari spikelet yang sudah diacak pada bagian buah fertil atas dan 10 spikelet dari bagain fertil bawah sehingga totalnya 30 buah.
·         Selanjutnya timbang, catat dan masukkan ke dalam plastic klip tebal dengan label yang benar. (berondolan sebaiknya diproses pada hari itu juga, berondolan yang tidak bisa diproses pada hari itu harus dimasukkan ke dalam kulkas).
·         Lepaskan mesocarp dari 30 berondolan dengan cara diiris menggunakan pisau sampai biji (nut) bersih dari mesocarp. Pisahkan mesocarp dan biji (nut) pada wadah terpisah, timbang, catat dan diberi label.
·         Selanjutnya hasil analisa.

F. PENGENALAN GIS (Geographic Information System)
1.      GIS (Geographic Information System)
a. Definisi
GIS (Geographical Information System) atau dikenal pula dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur  peta (geografis) dan informasi (data atribut) yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, analisa dan menampilkan data spatial (keruangan).


b Komponen
·         Perangkat Keras (digitizer, scanner, CPU, harddisk, dll)
·         Perangkat Lunak (ArcView, Map Info, Quantum GIS,MapWinGis, dll)
·         Organisasi (manajemen) Data
·         Pemakai (user)

c. Jenis data GIS
1.        Data Spasial
a. Raster
·      Data hasil dari sistem penginderaan jauh
·      Obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel-grid (pixel)
b. Vektor
·      Obyek di bumi direpresentasikan garis (line,arc) , area atau poligon, serta sebagai titik atau point

2.        Data Non Spasial (data atribut)
Disebut juga informasi deskriptif. Artinya suatu lokasi, dapat memiliki beberapa atribut atau property yang berkaitan dengan nya.

b.   Jenis feature geografis
1.Titik/Point.
            Biasanya digunakan untuk menggambarkan lokasi yang tidak mempunyai luasan seperti Patok BPN, Titik Tinggi, Puncak Gunung, dll
2. Garis/Line.
            Feature yang dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang saling berhubungan. Contoh: jalan, garis kontur, dll.
3. Area/Polygon.
            Feature luasan yang dibentuk  dari garis yang tertutup menggambarkan suatu area yang homogen. Contoh landuse pemukiman, danau dll.


c.    Sumber Data Spasial
Salah satu syarat GIS adalah data spasial. Ini dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain:
1.      Peta analog
Peta analogyaitu peta dalam bentuk cetak. Seperti peta topografi, peta tanah dan sebagainya. Umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, dan kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dan sebagainya.
Dalam tahapan GIS sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital. Caranya dengan mengubah format raster menjadi format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.

2.      Data Sistem Penginderaan Jauh
Data penginderaan jauh, seperti hasil citra satelit, foto-udara dan sebagainya, merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG. Karena ketersediaan data secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasi masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.

  1. Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan merupakan data yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut, contohnya batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dan lain-lain.

  1. Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi GIS. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.

d.   Dijitasi
1.      Pengertian GIS
GIS adalah proses pengubahan/konversi dan peta raster (mosaic foto udara kedalam peta bentuk vector (digital shp TabMapInfo).
2.      Cara Melakukan Dijitasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
·         Melalui aplikasi ArcGIS 9, ArcMAP versi 9.3 seperti gambar berikut :
Setelah muncul tampilan seperti pada gambar di bawah ini, langkah yang harus dilakukan adalah 
·      Klik file kemudian open.
·      Tentukan letak file yang akan didigitasi.
·      Setelah menemukan letak file yang akan didijitasi, klik open.
·      Kemudian akan muncul tampilan peta pada gambar di bawah ini :
·         Untuk proses awal melakukan dijitasi pokok sawit, kita harus aktifkan Start editing melalui editing. seperti pada gambar di bawah ini :
maka akan muncul tampilan seperti gambar berikut ini :
·         Klik start editing, lalu klik folder yang akan didijitasi dan OK. Lihat gambar:
·         Setelah klik OK, maka akan muncul tampilan berupa hasil foto udara kelapa sawit seperti pada gambar berikut ini:
·         Setelah muncul tampilan di atas untuk memulai dijitasi, kita menggunakan sketch tool seperti gambar barikut:
·         Mulai lakukan dijitasi pokok sawit hingga hasil dari dijitasi seperti gambar berikut:
Hasil dijitasi pokok sawit.
·         Apabila terjadi kesalahan dalam melakukan dijitasi pokok sawit, seperti gambar berikut:

Apabila terjadi kesalahan dalam melakukan dijitasi pokok sawit dengan menandai yang bukan pokok sawit. Dapat dihapus dengan cara :
·         Edit tool, hilangkan tanda centang selain dijitasi pokok sawit dengan Ensomosaic. Seperti gambar berikut :
·         Selanjutnya diblok letak dijitasi yang salah dan tekan delete, seperti gambar berikut:
·         Setelah delete, maka dijitasi yang salah akan hilang dan hasil dapat kita lihat seperti gambar berikut :
·         Untuk mengatur kecerahan atau contras, brightness, dan transparency, dapat dilakukan dengan klik kanan Mosaic, lalu properties.
Setelah itu, akan muncul tampilan seperti gambar berikut :
Setelah itu, kita atur Contras,brightness, dan transparency. Lalu klik Apply dan OK.
·         Untuk menghitung jumlah pokok sawit yang didijitasi, dapat dilakukan dengan :
Klik kanan point afdeling, seperti gambar berikut :
            Lalu klik Open atribut table, dan setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar berikut:
·         Untuk melakukan perhitungan blok dengan menggunakan ArcGIS, dilakukan dengan mengeklik select features. Lihat gambar!
·         Select dalam setiap bloknya untuk mengetahui jumlah pokok sawit di setiap blok.
·         Kemudian klik Open Attribut Table, seperti gambar berikut:
·         Kemudian akan tampil jumlah dijitasi di blok tersebut. Lihat gambar berikut!
·         Setelah mengetahui jumlah pokok sawit dari blok tersebut, masukkan data ke data Afdeling:
Untuk menyimpan hasil digitasi, dapat di lakukan dengan klik editing, lalu save edit seperti gambar berikut :
·         Untuk berhenti melakukan dijitasi, klik editing lalu stop editing, seperti gambar berikut:
setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar berikut :

Setelah itu klik exit.



Jika muncul tampilan peringatan seperti gambar di berikut ini, klik yes.
















BAB V
ANALISA USAHA TANI

Perincian Biaya Upah dan Bahan Untuk Pembibitan Tanaman
Kelapa Sawit ( Elaeis guneensis Jacq )
Di PT. PANCA SURYA GARDEN First Resources
I.  Pembibitan Pre Nursery
A.    Upah Karywan
NO
URAIAN KEGIATAN
JUMLAH HK
HARGA/HK
JUMLAH
1
Pembersihan lahan
10
55.000
550.000
2
Pengisian media tanam
4
55.000
220.000
3
Penanaman kecambah
3
55.000
165.000
4
Perawatan (pembersihan gulma)
4
55.000
220.000
5
Pemberian Pupuk ( 3 bulan )
12
55.000
660.000
TOTAL
1.815.000

B.     Bahan
NO
URAIAN BAHAN
BERAT/ JUMLAH
HARGA
JUMLAH
1
Kecambah kelapa sawit
1000 butir
12.000/butir
12.000.000
2
HyPlug-VS 225 ml
1000
7.500/4buah
1.875.000
3
Springkel
30
200.000/buah
6.000.000
4
Pupuk NPK biasa
1,1 kg
10.000
11.000
5
Pupuk NPK P
0,6 kg
15.000
9.000
6
Pupuk TSP
0,2 kg
9.000
1.800
7
Pupuk Agroblem
0,6 kg
30.000
18.000
8
Pupuk Miester Mx
0,6 kg
30.000
18.000
TOTAL
19.932.800





II.    Pemindahan Bibit ke Mainnusery
A.    Upah Karyawan
NO
URAIAN KEGIATAN
JUMLAH HK
HARGA/HK
JUMLAH
1
Pembersihan lahan
20
55.000
1.100.000
2
Pengisian Media tanam
10
55.000
550.000
3
Penanaman bibit
10
55.000
550.000
4
Perawatan (pembersihan gulma)
20
55.000
1.100.000
5
Pemberian Pupuk ( 11 bulan )
15
55.000
825.000
TOTAL
3.135.000

B.     Bahan
NO
URAIAN BAHAN
BERAT/JUMLAH
HARGA
JUMLAH
1
Polybag
72 kg
14.000
1.100.000
2
Pupuk NPK
310 kg
10.000
3.100.000
3
Pupuk Kieserite
135 kg
10.000
1.350.000
TOTAL
5.550.000












ANALISA USAHA TANI
A.    Pembibitan Prenursery
Upah Karyawan          @Rp. 1.815.000,00,-
Biaya Bahan                @Rp. 19.932.800,00,-
Total                           @Rp. 21.747.800,00,-

B.     Pembibitan Mainursery
Upah Karyawan          @Rp. 3.135.000,00,-
Biaya Bahan                @Rp. 5.550.000,00,-
Total                           @Rp. 8.685.000,00,-

C.     Hasil Penjualan Bibit Kelapa Sawit.
Harga/bibit                  @Rp. 35.000,00,-
Jumlah bibit                 @ 1.000 Batang bibit
Total                           @ 1.000 batang x Rp. 35.000,00,-
                                    = Rp.35.000.000,00,-

D.    Total Biaya Keluar      = Rp. 21.747.800,00,- + Rp.8.685.000,00,-
= Rp. 30.432.800,00,-

E.     Keuntungan                = Hasil penjualan – Biaya Keluar
= Rp. 35.000.000,00,- - Rp. 30.432.800,00,-
                                    = Rp. 4.567.200,00,-

F.      B/C Ratio                    = Keuntungan : Cost x 100
                                                = Rp. 4.567.200,00,- : Rp. 30.432.800,00,- x 100%
                                                = 15%.






BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Praktek Industri (PRAKERIN) selama 4,5 bulan yang dimulai pada tanggal 20 Desember 2011 sampai dengan 3 Mei 2012, di PT. Panca Surya Garden kebun Kubang, Kabupaten Kampar -  RIAU, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.    Pelaksanaan kegiatan di lokasi PRAKERIN  pada umumnya telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana yang diharapkan .
2.    Pengelolaan atau pemeliharaan tanaman dan pemeliharaan lingkungan perkebunan dapat meningkatkan dan memaksimalkan hasil dan mutunya serta dapat menjadikan umur produktif tanaman selama mungkin.
3. Pelaksanaan suatu pekerjaan pada PT. Panca Surya Garden Kebun Kubang atas dasar instruksi dari pimpinan sampai kepada pengawas lapangan sehingga pekerjaan tersebut terlaksana dengan baik sesuai dengan sasaran yang dikehendaki.
4. Berdasarkan syarat tumbuh kelapa sawit, maka lokasi PT. Panca Surya Garden kebun Kubang secara umum cocok sebagai tempat pembudidayaan atau pengembangan tanaman kelapa sawit.
5. Perhatian PT. Panca Surya Garden terhadap dunia pendidikan sangat baik ini terbukti dengan dibangunnya tempat pendidikan serta diterimanya siswa yang ingin melakukan magang. Begitu juga dengan sarana dan fasilitas yang tersedia di tempat kegiatan berupa bangunan Riset, Laboratorium, Treaning Centre lengkap dengan perumahan karyawan.


B.Saran
1.      Pihak Sekolah
·         Persiapan mental yang tangguh dan tanggung jawab sangat diperlukan untuk diterapkan. Sehingga siswa tidak canggung dalam menghadapi situasi dilapangan kerja yang tergolong keras.
·         Kunjungan guru pembimbing sebaiknya lebih dipusatkan pada kebutuhan siswa dalam penyusunan laporan.
·         Untuk kedepannya panitia/guru pembimbing prakerin sebaiknya mengadakan pendekatan kepada pihak perusahaan untuk mengadakan kerjasama yang lebih erat dan mengadakan kontrak kerja kepada siswa prakerin.
·         Perlu peningkatan dan pengetahuan tentang kedisipilanan dan etika serta penerapannya baik perilaku, dan cara berbicara supaya terbiasa apabila sudah berada didunia kerja

2.      Pihak Perusahaan
·         Pertahankan loyalitas pekerja kepada perusahaan.
·         Kurangi hubungan ketidak harmonisan atasan terhadap bawahan. Karena kunci kekompakan perusahaan adalah hubungan harmonis atasan terhadap bawahan.
·         Kurangnya tenaga kerja sehingga banyak areal pekerjaan mengalami lewat rotasi. Untuk itu disarankan perusahaan menambah karyawan, agar semua pekerjaan dapat dilaksanakan.
·         Kurangnya sarana K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bagi karyawan. Untuk itu mohon dilengkapi sarana APD (Alat Pelindung Diri) agar lebih memaksimalkan pekerjaan.
·         Kurang memadainya gudang penyimpanan alat dan bahan. Sehingga peralatan tidak terkontrol dan memudahkan untuk disalah gunakan. Untuk itu perlu dilakukan penambahan  gudang untuk penyimpanan alat dan bahan-bahan kimia yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Triono. 2008. Pocket Guide: Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit. Ciliandra Perkasa Group. Pekanbaru.
Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim. 2007. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Sinarmas. Agribusiness and Food.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman: Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya. Bandung.
Sunarko. 2008. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. PT.AgroMedia Pustaka. Jakarta.











LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta PT.Panca Surya Garden
Lampiran 2.

Point A

Gambar. Posisi Pengukuran Panjang Pelepah, Pengambilan Daun, Lebar Petiole dan Tebal Petiole Serta Posisi Daun Ke-17.

Panjang pelepah

Point C

Point B

( Tempat pengukuran tebal dan lebar petiole )
( Tempat pengambilan daun )
 















Sumber :. Berdasarkan IK-RND-MNS-2/1-0/01-01-2008 First Resources Limited.





Lampiran 3                  PT. PANCA SURYA GARDEN
FORMULIR ANALISA TANDAN KELAPA SAWIT

1.      Analisa Fisika
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tanggal










No Trial










Plot/Row










No Pohon










Berat Tandan
Kg









Jumlah Brondolan Lepas
Biji









Jenis Buah










Berat Batang Tandan/Stalk (BBT)
Kg









Berat Spikelet (BS)
Kg









Jumlah Spikelet










1.      Berat Buah Fertil (BBF)
Kg









a.       Luar










Berat
Kg









Jumlah
Biji









b.      Dalam










Berat
Kg









Jumlah
Biji









2.      Berat Buah Partenokarpi (BBP)
G









a.       Luar










Berat
g









Jumlah
Biji









b.      Dalam










Analisa Fisika
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8

Berat
g









Jumlah
Biji









c.       Bunga










Berat
g









Jumlah




























Lampiran 4
GAMBAR KEGIATAN PRAKERIN
PEMBIBITAN
A.    Pelangsiran Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) dari Hyplug ke Main Nursery
  
B.     Membuat Lubang Tempat Tumbuh Bibit Sawit Pada Saat di Main Nursery
C.     Pengambilan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) dari media tanam Hyplug ke Polybag.

D.    Pemberian Pupuk pada Media Polybag

E.     Memasukkan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ke dalam Polybag.
F.      Memadatkan tanah disekitar bibit agar ibit dapat berdiri tegak
G.    Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) siap di pindahkan ke Pembibitan Utama

ANALISA TANDAN BUAH KELAPA SAWIT
A.    Pemanenan tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) untuk di Analisa.
A.    Tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada saat akan dianalisa.

B.     Tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada saat di lakukan coping
C.     Bonggol tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) setelah di lakukan coping.

D.    Spikelet tandan buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

E.     Penimbangan spikelet.

F.      Pemberian hormon pada spikelet


G.    Melepaskan brondolan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) dari spikeletnya.

H.    Biji Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) telah siap dikirim ke laboratorium untuk dianalisa secara kimia.
PERSIAPAN PEMBUATAN PLOT PERCOBAAN
A.    Mempersiapkan cat

B.     Pemasangan patok plot percobaan


APLIKASI PERCOBAAN PUPUK ECOCITY

APLIKASI PERCOBAAN PUPUK AGRINOS



PENGAMBILAN SAMPEL DAUN

PENGGUNAAN GPS

APLIKASI TANDAN KOSONG PADA POKOK SAWIT
A.    Pelangsiran tandan kosong dari tumpukan tandan kosong ke piringan Kelapa Sawit (Elaeis gunensis)

PENGUNTILAN PUPUK
            Hasil untilan pupuk

PENGUTIPAN LARVA HAMA KUMBANG (Oryctes rhinoceros)
            Bentuk larva Kumbang (Oryctes rhinoceros)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar